Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Melawan Disrupsi, Inilah Potret Bisnis Pos Indonesia

Risna Nur Rahayu , Jurnalis-Rabu, 15 Mei 2019 |11:45 WIB
Melawan Disrupsi, Inilah Potret Bisnis Pos Indonesia
Foto: PT Pos Indonesia
A
A
A

Meskipun membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk membangun ketertinggalan dan menjawab seluruh tantangan bisnis Pos Indonesia di era digital saat ini, namun langkah perseroan bisa dibilang on the track dalam memacu dapur bisnisnya.

Jika dilihat, disrupsi tersebut semakin hari semakin menguat seiring dengan berkembangnya teknologi. Hal ini tentu sangat berimbas terhadap berbagai sektor tidak terkecuali kehidupan ekonomi karyawan di dalamnya. Sebagai contoh, jika berbicara kurir di Pos Indonesia masih ada yang namanya surat dan paket. Tentunya saat ini sudah tidak ada lagi masyarakat yang berkirim surat seperti yang dilakukan pada masa lalu. Jika hampir semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki bisnis yang particular dan sangat kuat di bidangnya masing-masing, seperti PT KAI dengan railway-nya, Pelindo dengan pelabuhannya serta ASDP dengan kapal Ferry-nya, lalu bagaimana dengan Pos Indonesia? Pos Indonesia punya perangko! Namun siapa yang masih butuh perangko di era milenial saat ini? tentu jawabannya tidak satu pun!

Artinya relevansi di dalam kehidupan masyarakat sudah tidak tinggi seperti di masa lalu, namun keberadaan perangko masih menjadi penting dan relevan bagi seorang filatelis. Dengan kondisi demikian, bagaimana agar Pos Indonesia dapat survive dan bahkan lebih relevan untuk kebutuhan-kebutuhan bangsa Indonesia? Artinya dengan disrupsi yang terjadi Pos Indonesia masih bisa berfungsi sebagai perusahaan yang profitable dengan kinerja yang baik.

Seperti diketahui bahwa driver perubahan pada kurir logistik dan jasa keuangan adalah digital. Artinya Pos Indonesia harus merelevankan seluruh aspek bisnisnya dengan cara digital. Sebagai contoh pada kurir dan logistik. Jika di masa lalu pak pos melakukan sortir surat menggunakan alat yang konvensional (rak sortir), maka hal tersebut sudah ditinggalkan karena Pos Indonesia harus merelevankan dengan kebutuhan saat ini. Karena yang disortir saat ini bukan lagi surat melainkan paket.

Dalam hal ini yang sudah dilakukan Pos Indonesia adalah mengkonversi dari alat sortir konvensional menjadi automatic sorting center menggunakan mesin. Salah satu laboratory milik Pos Indonesia sudah menghasilkan result yang cukup baik dimana mesin tersebut bisa menghasilkan kurang lebih sebanyak 3.000 parcel per jam.

Namun, tidak cukup hanya mesin saja untuk merelevansikan dengan kondisi bisnis saat ini, masih banyak hal lain yang harus dilakukan Pos Indonesia untuk mengejar sejumlah ketertinggalan yang telah lebih dulu dibangun oleh kompetitor.

Jika di masa lalu sender merupakan orang yang mengirim surat atau paket yang lebih bersifat kepada kebutuhan pribadi/individu bukan bersifat transaksi jual beli barang, dengan quantity atau jumlah surat/barang yang dikirim relatif sedikit. Namun fenomena yang terjadi saat ini, sender merupakan seller atau e-commerce player yang merupakan orang-orang yang berjualan online. Saat ini orang yang berjualan online ada yang langsung melalui marketplace dan melalui social e-commerce (Instagram, Facebook, WhatsApp, dsb).

Hal tersebut seiring berkembangnya teknologi digital yang memudahkan orang melakukan jual dan beli barang. Hal tersebut tentu yang dianggap sangat relevan, dan memang tidak ada jalan lain Pos Indonesia harus fokus ke sana.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement