Selama tahun 2018, Pemerintah dihadapkan pada berbagai tantangan untuk terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. khususnya di saat sektor keuangan tengah mengalami tekanan. Untuk menghadapi kondisi tersebut. Pemerintah menjalin sinergi yang kuat dengan institusi moneter. Hasil sinergi tersebut telah mampu meredakan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang sempat terdepresiasi hingga posisi Rp15.200/USD. hingga akhirnya stabilitas nilai tukar Rupiah dapat dijaga pada kisaran Rp14.247/USD atau terdepresiasi sekitar 6.9 persen jika dibandingkan dengan posisi rata-rata nilai tukar Rupiah tahun 2017 sebesar Rp13.384/USD.
Baca juga: Penerimaan Negara Tembus Rp1.936 Triliun, Defisit Hanya 1,86%
Tingkat depresiasi tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan mata uang Iainnya di negara-negara berkembang seperti Turki, Argentina, dan Brazil. Realisasi rata-rata tingkat suku bunga SPN 3 Bulan pada tahun 2018, adalah sebesar 5,0%, atau lebih baik dari target APBN, sebesar 5,2%. Lelang SPN 3 Bulan sepanjang tahun 2018 masih mendapatkan minat yang besar dari investor, walaupun maraknya aksi jual oleh investor asing.
"Maraknya aksi tersebut terutama disebabkan adanya indikasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, serta didorong solidnya pasar tenaga kerja dan kenaikan inflasi Amerika Serikat yang Iebih cepat sehingga memicu peningkatan aksi penarikan dana oleh investor asing dari Indonesia," kata dia
Baca juga: Penerimaan Negara Tembus Rp1.312 Triliun di September 2018
Selanjutnya, dirinya mengatkan, mengenai lifting migas selama tahun 2018, dapat kami jelaskan bahwa rata-rata realisasi lifting minyak bumi selama tahun 2018 mencapai 778 ribu barel per hari atau 97,2% dari target APBN. Sementara, rata-rata realisasi lifting gas bumi tahun 2018 mencapai 1.145 ribu barel setara minyak per hari atau 95,4% dari target APBN.
"Capaian lifting migas tahun 2018 tersebut Iebih rendah dari target, terutama disebabkan kondisi penurunan alamiah sumur-sumur migas yang ada," pungkas dia.
(Fakhri Rezy)