JAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menekankan, pihaknya telah mendorong industri TPT nasional agar segera memanfaatkan teknologi digital seperti 3D printing, automation, dan internet of things sehingga siap memasuki era industri 4.0. Upaya transformasi ini diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Menperin menyampaikan, pemerintah juga berupaya membuat perjanjian kerja sama bilateral dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa supaya memperluas pasar ekspor TPT lokal.
“Karena bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia masih dikenakan 5%-20%, sedangkan ekspor Vietnam ke Amerika dan Eropa sudah 0%,” tuturnya seperti dikutip Harian Neraca, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Baca Juga: Kesulitan Bahan Baku, Pengusaha Tekstil Minta Pembenahan Produsen Kain
Lebih lanjut, Kemenperin terus berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk mengatasi impor ilegal produk TPT dalam bentuk borongan. “Kami juga akan perhatikan dan ada tindakan tegas untuk impor baju bekas yang masuk melalui pelabuhan tikus,” imbuhnya.
Industri TPT menorehkan kinerja yang gemilang pada triwulan I tahun 2019. Sepanjang tiga bulan tersebut, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi tercatat paling tinggi dengan mencapai 18,98%. Jumlahnya naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu di angka 7,46% dan juga meningkat dari perolehan selama 2018 sebesar 8,73%.
Baca Juga: Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tumbuh 3,6%
Sebelumnya, industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor nasional. Pada periode Januari-Mei 2019, sektor manufaktur mampu mengapalkan produk-produk unggulannya hingga mencapai USD51,06 miliar atau menyumbang 74,59% pada total nilai ekspor nasional.
“Secara volume, ekspor industri manufaktur kita mengalami peningkatan 9,8% dari Januari-Mei 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu. Selama ini industri manufaktur masih konsisten menjadi kontributor terbesar pada nilai ekspor kita,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.