JAKARTA - Pada pekan kemarin, kabar mengejutkan datang dari PT Pos Indonesia (Persero). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini dikabarkan sedang krisi keuangan dan akan bangkrut.
Pernyataan tersebut pun langsung dibantah PT Pos Indonesia dan Kementerian BUMN. Ditegaskan bahwa kondisi PT Pos Indonesia saat ini tetap sehat.
"Pemberitaan media massa bahwa saat ini Pos pailit, Pos meminjam dana dari bank untuk membayar gaji karyawan, itu tidak benar," kata Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono.
Okezone pun merangkum sejumlah fakta menarik soal PT Pos Indonesia yang diisukan akan bangkrut, Senin (29/7/2019):
1. Klarifikasi Pos Indonesia
Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono mengatakan dalam beberapa poin dalam pemberitaan media itu tidak benar, seperti pinjaman bank untuk membayar gaji karyawan.
"Benar perusahaan perlu modal kerja untuk mendanai operasi, mendanai tagihan. Modal keraja dipinjam dari bank, namun tidak untuk tujuan membayar gaji karyawan," katanya.
Dia menjelaskan, bahwa perputaran uang di Pos Indonesia per bulan rata-rata sekitar Rp20 triliun (karena pos punya jasa keuangan). Pos juga mendapat rating A- dari lembaga pemeringkat nasional terkemuka Pefindo.
Menurutnya, perusahaan berupaya dalam menghadapi disrupsi itu tidak unik dan wajar saja. Untuk menjawab disrupsi yang tengah terjadi beberapa waktu terakhir ini Pos Indonesia sedang melakukan tranformasi bisnis meliputi semua aspek bisnis, SDM, penguatan anak usaha, pengembangan produk baru, dan lain-lain.
Dengan begitu Gilarsi membantah pernyataan yang menyebutkan Pos Indonesia bangkrut atau pailit.
"Ini jelas pendiskreditan tanpa data," ujarnya.
2. Fakta Kondisi Perusahaan Sehat
Semua pihak untuk memperhatikan fakta bahwa kondisi perusahaan tidak ada masalah, antara lain bahwa rating korprasi Pos Indonesia adalah A-, rating surat utang jangka menengah A-, hutang lancar, hak karyawan tidak tertunda, kenaikan gaji karena penyesuaian biaya hidup terus diterapkan.