JAKARTA - Keputusan berani CEO Tesla Elon Musk menanamkan investasinya di China sangat luar biasa. Ada dua keputusan Musk yang dinilai sangat berani.
Pertama, Tesla Model 3 China yang baru saja mulai tahap perakitan. Kedua, hal paling menarik tentang pendapat dia tentang di China. Hal ini bisa membuat ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Jepang kian tertinggal.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi China Anjlok ke Level Terburuk Sejak 1992
Dilansir dari Forbes, Kamis (31/10/2019), Musk menempatkan pabrik terbarunya di Shanghai. Hal ini jelas tidak masuk akal, karena risiko ekonomi China serta pajak impor barang yang dikenakan sebesar 25%.
China pun kini menjadi pasar terbesar kedua Tesla setelah AS. Namun, ada yang lebih penting bagaimana Presiden China Xi Jinping justru memberi insentif pada kendaraan listriknya, di mana intensif tersebut tidak diberikan di AS dan Jepang.

Selain itu, ada perbedaan kebijakan yang diperlihatkan oleh ketiga negara maju ini. Meskipun Presiden China Xi tengah kacau karena perang tarif dengan Presiden AS Donald Trump. China telah menginvestasikan miliaran dana publik dalam menguasai pasar EV.
Sedangkan Presiden AS sibuk mendorong Detroit untuk membuat mobil yang hemat bahan bakar. Sementara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sibuk menjajakan pembangkit listrik “batubara bersih” di seluruh dunia.
Baca Juga: Perlambatan Ekonomi China Vs Banjirnya Pengusaha Milenial
Dengan kata lain, Presiden XI Jinping mendorong China ke arah ledakan energi terbaru, sementara Trump dan Abe bernostalgia kembali ke tahun 1980-an.
Oleh karena itu, Musk pun dinilai sama seperti sang hoki hebat Wayne Gretzky, yang memiliki kepandaian untuk mengetahui ke mana kebijakan itu selanjutnya. Musk meletakkan hal inovatifnya di mana kebijakan pemerintah memiliki pandangan ke depan dan skala untuk mengetahui bahwa baterai yang berkinerja tinggi adalah minyak baru.