JAKARTA - Pertumbuhan China turun pada kuartal terakhir ke level terendah dalam hampir tiga dekade. Hal ini disebabkan karena ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut terus merasakan sakit dari perang perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh sebesar 6% hingga akhir September. Sementara tingkat pertumbuhan kuartalan menjadi yang terlemah sejak 1992 atau turun dari level 6,2% pada periode April-Juni.
Baca Juga: Perlambatan Ekonomi China Vs Banjirnya Pengusaha Milenial
Menurut statistik pemerintah, hal ini melewatkan perkiraan rata-rata 6,1% yang diproyeksikan oleh para analis yang disurvei oleh Refinitiv. Angka-angka yang lebih buruk dari perkiraan muncul hanya satu minggu setelah Amerika Serikat dan China mencapai gencatan senjata sementara untuk menghindari lebih banyak kerusakan pada dua ekonomi terbesar dunia.

Ahli strategi pasar global untuk JP Morgan Asset Management Chaoping Zhu menjelaskan, ketegangan perdagangan dengan AS adalah faktor utama yang membebani sentimen bisnis dan kegiatan investasi. Meskipun kebijakan stimulus domestik memberikan beberapa penyangga dari sisi bawah.
"Negosiasi yang sedang berlangsung mungkin memiliki beberapa dampak positif pada sentimen bisnis, tetapi meskipun ada potensi kesepakatan mini, sebagian besar tarif AS pada impor dari China masih tetap mengganggu ekspor China," tambah Zhu, dilansir dari CNN, Jakarta, Senin (21/10/2019).
Baca Juga: Gaya Hidup Tinggi Bikin China Impor Besar-besaran
Kesepakatan perdagangan awal yang dicapai Jumat lalu mencakup penghentian kenaikan tarif AS yang seharusnya diberlakukan awal pekan ini. Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa kekayaan intelektual, jasa keuangan, dan pembelian pertanian juga termasuk dalam perjanjian.