JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri bahwa properti merupakan kebutuhan pokok yang wajib dimiliki oleh setiap orang di Indonesia. Namun saat ini, masyarakat terutama justru kesulitan mendapatkan properti karena berbagai faktor.
Berdasarkan statisik yang diumumkan oleh pemerintah pada Maret 2019 melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), secara keseluruhan backlog rumah saat ini telah mencapai lebih dari 7.6 unit.
Baca Juga: Kabinet Baru Jokowi, Ini Harapan Pelaku Industri Properti
Di sisi lain, industri properti di Indonesia terus mengalami stagnasi. Seiring dengan perlambatan industri properti, para pelaku properti terus berkurang, terutama broker properti dikarenakan sengitnya persaingan, penjualan yang semakin susah dan susahnya mendapat tenaga pemasaran baru yang kompeten, memperkuat stigma di mata masyarakat bahwa industri properti adalah industri yang ekslusif untuk kalangan tertentu, dan sangat susah untuk ikut serta didalamnya.
Merespons hal itu, CEO SQM Property Denny Asalim mengatakan bahwa properti di Indonesia masuk ke masa yang cukup sulit. Bisnis properti melemah dari tahun ke tahun. Di mana ketika penjualan properti semakin sulit, untuk memastikan penjualan properti tetap bisa dijalankan.
Baca Juga: Lagi Tren Co-Living, Prospek Menggiurkan bagi Investor Properti
"Maka itu, pengeluaran dari segi promosi juga akan bertambah. Penambahan biaya promosi tersebut tentunya selain mengurangi margin keuntungan pengembang. Tapi juga berakibat ke harga jual yang dibebankan ke konsumen akan lebih tinggi untuk mengimbangi biaya yang terus bertambah," ujar dia pada peluncuran perusahaan SQM Property di Jakarta, Jumat (8/11/2019).
