JAKARTA - Musim penghujan diprediksi masih akan datang dalam beberapa hari ke depan. Pengusaha ritel pun sudah menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk menghadapi musim hujan ini.
Sebab, datangnya musim hujan bisa mengakibatkan banjir yang bisa merugikan pengusaha. Pada banjir yang terjadi beberapa waktu lalu saja, para pengusaha ritel diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp1 triliun karena tidak bisa menjual produk.
Baca juga: Cuaca Ekstrim, Masyarakat Diimbau Belanja Lebih Banyak
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan, langkah pertama adalah dengan terus memantau prediksi cuaca yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Karena menurutnya, prediksi cuaca ini sangat berguna sebagai acuan untuk memperdiksi apakah akan terjadi banjir atau tidak.

"Akan mengobservasi dari pemerintah dan badan badan. Terutama kalau banjir seperti ini kan kita akan monitor dari BMKG dan BNPB berita berita mengenai cuaca ekstrem atau juga banjir kiriman dan lain sebagainya. Itu kontigensi plan pertama. Artinya mengikuti dan berupaya mengobservasi akibat dari bencana," ujarnya saat dihubungi Okezone, Senin (6/12/2019).
Baca juga: Tumpukan Sertifikat Tanah di Kantor Pertanahan Bekasi Terendam Banjir
Jika mengetahui kondisi yang ada di lapangan, maka para pengusaha bisa mengambil keputusan apakah harus membuka toko atau tidak. Sebab menurut Roy, jika para pengusaha membuka toko saat banjir bisa mengalami kerugian yang besar.
"Supaya bisa ambil keputusan apakah membuka toko dalam waktu dekat atau menunggu dulu tidak membuka karena memang masih ada potensi untuk datangnya lagi bencana atau ekstrem weather yang mengakibatkan banjir nah itu kita menjadi yang utama," jelasnya
Baca juga: Hal yang Harus Diperhatikan Pasca-Banjir Adalah Korsleting
Langkah selanjutnya adalah memperhatikan jumlah stok yang dimiliki. Pasalnya para pengusaha pun tidak ingin kelebihan stok karena khawatir stok yang ada tidak terjual atau bahkan hanyut terbawa banjir.
"Kedua kita juga tidak mau overstock dari barang barang yang diperdagangkan. Karena apa karena ketika overstock atau stoknya kita lebihkan karena memang sesuai dengan setelah banjir setelahnya berbelanja. Kalau datangnya lagi banjir kami overstok akan hilang akan rusaknya jadinya.Kita juga akan menjaga komposisi stok," kata Roy
Oleh karena itu, dirinya menghimbau kepada masyarakat untuk berbelanja lebih. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi jika bencana banjir datang lagi dan semua toko tutup.
"Berbelanja ekstra dalam menghadapi cuaca ekstrem. Enggak ada salahnya. Artinya untuk siap siaga sedia payung sebelum hujan," ucapnya.
Tak lupa lanjut Roy, para pengusaha juga terus melakukan koordinasi dengan para karyawannya. Meskipun memang sedang dalam keadaan kerja, dirinya meminta kepada seluruh karyawan ritel untuk mengutamakan keselamatan.
"Kontigensi yang lain ya tentu saja kita juga tetap koordinasi antra tenaga kerja antara yang ditoko ataupun kantor pusat. Supaya informasi sedini mungkin mengenai adanya potensi adanya banjir lagi atau sudah naiknya air dan sebagainya tentu harus yang utama adalah menyelamatkan diri," kata Roy.
"Kemudian juga mengunci pintu dan sebagainya menutup pagar dan sebagainya supaya barang-barang tidak dijarah dirusak dan sebagainya. Kita juga menghubungi aparat terkait untuk mengikuti juga arahan arahan yang berkaitan dengan bencana dan berpotensi bencana lagi," imbuhnya.
Setelah itu lanjut Roy, biasanya para pengusaha akan melakukan rencana selanjutnya yakni langkah perbaikan atau recovery. Ini langkah perbaikan ini menyangkut pada perbaikan toko hingga pasokan barang pasca terjadinya banjir.
“Itu kan artinya kalau kondisi sudah stabil kondisi sudah normal pasti masuk di dalam akhir dari kontigensi plan yaitu recovery. Dari toko kemudian kita akan menghitung ulang apa yang diganti apa yang diperbarui. Jadi kontigensi plannya itu adalah selama masih ada bencana dan selama masih ada potensi bencana. Kalau sudah selesai normal masuknya recovery plan," jelasnya.
(Fakhri Rezy)