JAKARTA - Mewabahnya virus korona atau virus corona 2019-nCov yang melanda kota Wuhan, China dan 18 negara lainnya memang telah diprediksi akan berdampak buruk pada perekonomian China.
Walaupun dampaknya belum bisa ditentukan secara pasti, beberapa ekonom mengatakan, tingkat pertumbuhan China turun dua poin dari persentase kuartal tahun ini akibat virus korona. Penurunan pada skala itu China bisa kehilangan USD62 miliar atau setara Rp850,3 triliun (dalam kurs Rp13.715).
Baca Juga: Ada Virus Korona, Bagaimana China Bisa Selamatkan Perekonomiannya?
Mengutip dari CNN, Senin (3/2/2020), masih terlalu dini untuk dapat mengukur dampaknya, akan tetapi beberapa perusahaan telah terkena dampaknya, seperti Tesla terpaksa menutup pabriknya yang dibangun di Shanghai untuk sementara waktu. Apple Inc juga telah kehilangan produksi dari pemasok di Wuhan dan menutup tokonya di China.
Sektor lain, seperti pariwisata mungkin yang paling banyak terkena dampaknya saat ini. Industri yang akan bernilai miliaran dolar selama Tahun Baru Imlek ini telah hancur karena pemerintah mengkarantina masyarakat dan orang-orang membatasi travel karena takut terinfeksi.
Baca Juga: Virus Korona Ditaksir Rugikan Ekonomi China Rp850,3 Triliun
Perusahaan besar, seperti hotel dan maskapai penerbangan sebagian besar telah menawarkan pengembalian uang, sementara beberapa maskapai penerbangan telah menangguhkan layanan berpegian ke China dan perjalanan dari China.
Perayaan liburan Imlek telah dibatalkan dan beberapa tempat wisata utama telah ditutup. Box office besar China juga kemungkinan akan merugi setelah beberapa film blockbuster ditetapkan untuk rilis selama musim liburan ditarik kembali.
Ekonom China Zhang Ming dan analis ekonomi lainnya mengatakan bahwa jatuhnya ekonomi ini bahkan bisa lebih serius daripada wabah SARS, sebuah penyakit pernapasan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi China anjlok sebentar sebelum rebound hampir dua dekade lalu.
Penyebaran virus korona mengancam hilangannya pekerjaan dan mendorong harga konsumen lebih tinggi, menambah kesengsaraan ekonomi yang sudah ada. Pasar tenaga kerja sudah di bawah tekanan tahun ini.
Industri yang secara tradisional menciptakan banyak pekerjaan, seperti sektor teknologi, telah dirugikan oleh perlambatan ekonomi. Menurut Zhang, wabah coronavirus akan memperburuk keadaan.
Sebnyak 290 juta pekerja imigran China di antara mereka yang paling merugi oleh adanya penurunan pertumbuhan ekonomi ini. Banyak dari mereka bepergian dari daerah pedesaan ke kota untuk melakukan pekerjaan konstruksi dan manufaktur atau melakukan pekerjaan bergaji rendah tetapi penting, seperti meja tunggu di restoran, mengantarkan paket atau bertindak sebagai petugas kebersihan.
Tetapi karena banyak pabrik dan bisnis tetap tutup, jutaan pekerja itu mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan baru setelah liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang berakhir. Lebih dari 10 juta pekerja imigran dari provinsi Hubei saja mungkin juga menghadapi diskriminasi dari majikan yang khawatir bahwa mereka dapat menyebarkan virus.
(Dani Jumadil Akhir)