JAKARTA - Pemerintah China mulai mengeluarkan miliaran dolar AS untuk membantu warganya yang terkena virus korona. Para analis memperkirakan akan datang lebih banyak lagi sumbangan untuk wabah virus ini.
Virus penyebab pneumonia ini muncul sekitar sebulan yang lalu di kota Wuhan di provinsi Hubei. Penyakit ini telah menewaskan lebih dari 200 orang.
Virus korona telah menyebar ke luar negeri. Hal ini mendorong Organisasi Kesehatan Dunia untuk menyebut virus korona sebagai kesehatan global yang telah darurat.
Baca juga: Tak Punya Rute ke Wuhan, Garuda Indonesia Tetap Waspadai Penyebaran Virus Korona
Virus ini mulai mengganggu perekonomian China, meskipun tidak jelas apakah dampaknya akan berlanjut hingga setahun penuh.
"Kami mengharapkan Beijing untuk memperkenalkan serangkaian langkah-langkah untuk menyediakan likuiditas dan dukungan kredit bagi ekonomi negara," kata Kepala Ekonom China di Nomura Ting Lu yang dilansir CNBC pada Senin (3/2/2020).
"Namun, kami tidak berpikir langkah-langkah (kebijakan moneter dan fiskal) ini akan mengubah perekonomian dalam waktu dekat, karena wabah virus ini dapat semakin melemahkan permintaan domestik. Dengan demikian membuat pelonggaran kebijakan mendatang kurang efektif," tambahnya.
Baca juga:Setengah Pusat Bisnis di China Tutup karena Virus Korona, Apa Dampaknya?
Setelah berita tentang virus korona muncul pada akhir Desember, pemerintah China telah meningkatkan tanggapan mereka dalam dua minggu terakhir.
Wuhan dan kota-kota lainnya di China telah dikarantina. Otoritas kereta api dan penerbangan nasional mengumumkan, masing-masing operator transit akan mengembalikan tiket, terutama penerbangan saat liburan Tahun Baru Imlek. Perjalanan kereta api pada Kamis lalu turun sebesar 77,6% dari tanggal yang sama pada tahun lalu, menurut media pemerintah.
China telah memperpanjang liburan selama tiga hari, dari yang seharusnya sudah bisa beraktivitas kembali pada 31 Januari 2020. Beberapa provinsi juga telah menunda dimulainya kembali bisnis setidaknya sampai 10 Februari 2020. Produksi industri pada bulan Januari hingga Februari di sana menurun sebesar 1,5 hingga 2 poin persentase menurut ekonom Morgan Stanley.
Baca juga: Peran Wuhan Bagi Perekonomian China, Kota Asal Virus Korona
Kepala ekonom China di Macquarie Larry Hu mengatakan, ada tiga perbedaan di China hari ini dibandingkan saat SARS terjadi. Pertama, konsumsi kini memainkan peran yang jauh lebih besar dalam perekonomian daripada pada saat itu. Selain itu, pasar properti sudah di bawah tekanan. Permintaan global untuk barang-barang China juga tidak sekuat dulu.
Dalam beberapa bulan terakhir, laju pertumbuhan PDB triwulanan telah melambat, membawa China ke pertumbuhan ekonomi naik hanya 6,1% pada tahun lalu.
Kementerian Keuangan China mengatakan, pemerintahan telah mengeluarkan 27,3 miliar yuan setara USD3,94 miliar atau Rp54,03 triliun (kurs Rp13.715 per USD) dalam subsidi untuk pencegahan dan pengendalian virus.