Share

Jaga Produksi Pangan, Petani di Zona Hijau Diusulkan Dapat Stimulus

Taufik Fajar, Okezone · Rabu 10 Juni 2020 19:46 WIB
https: img.okezone.com content 2020 06 10 320 2227758 jaga-produksi-pangan-petani-di-zona-hijau-diusulkan-dapat-stimulus-BuDlYLaByN.jpg Petani (Foto: Okezone)

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta kepada jajarannya untuk memitigasi ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19 dan musim kemarau lebih kering di Indonesia.

Ketersediaan pangan dan harga yang terjangkau menjadi fokus pemerintah di tengah pandemi virus corona. Untuk itu, pemerintah memberikan stimulus kepada petani dan nelayan Rp34 triliun untuk menjaga produksi pangan.

Baca Juga: Jaga Stok Pangan, Ini 3 Arahan Presiden Jokowi Hadapi Musim Kemarau Lebih Kering 

Pengamat bidang pertanian dan perekonomian dari Indef Muhammad Rusli Abdullah menyarankan agar Menteri Pertanian untuk dapat memetakan zona hijau juga diberi bantuan lantaran di zona hijau tersebut juga terdampak oleh zona merah dalam hal pemasaran produk pangan.

“Misalnya, enggak ada orang yang jual, berdampak dong, pemerintah harus lihat ini, jangan suruh di zona merah aja yang dikasih bantuan, tapi zona hijau pun terdampak harusnya juga dikasih bantuan,” katanya di Jakarta, Rabu (10/6/2020).

Baca Juga: Jaga Pasokan Pangan, Pemerintah Siapkan Stimulus untuk Petani 

Di tengah musibah Covid-19 ini, ketahanan pangan sempat terganggu lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar. Namun, program strategi ketahanan pangan dalam menghadapi new normal bisa menjadi solusi bagi pemerintah mencegah babak belurnya sektor pertanian.

Sumber data BPS menyebutkan produksi Januari-Mei 2020: 15,1 juta ton beras dan surplus stock pada akhir Mei sebesar 8,48 juta ton beras.

Follow Berita Okezone di Google News

Selanjutnya BPS memprediksi stok beras akhir Juli mencapai 8,13 juta ton. Ini artinya stok banyak dan pangan cukup aman.

“Fine-fine saja, aman-aman. Cuma kan problemnya ada di logistik. Karena ada daerah yang khawatir, sampai bulan Juli ngamanin stok beras sampai panen. Di sinilah peran pemerintah menyerap beras,” katanya.

Selanjutnya Nilai Tukar Petani (NTP) turun karena pandemi Covid19 di mana distribusi dan transportasi tidak lancar, warung, hotel, restoran dan kantor pada tutup sehingga daya beli turun tapi ini kan situasional sesaat saja dan akan segera pulih kembali normal.

“NTP akan meningkat selama harga gabah meningkat. Asumsinya harga indeks spendingnya tetap, kalau sama ya sama saja, saling berkejaran, harga jual gabah dibagi dengan indeks yang dibayarkan. Kalau diterima lebih besar dari pengeluaran ya harganya otomatis tinggi,” paparnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini