JAKARTA - Pandemi virus corona (Covid-19) yang belum berakhir membuat industri mulai kewalahan. Berbagai sektor industri gigit jari lantaran tidak mampu produksi, bahkan berhenti operasi, salah satunya industri tekstil pakaian jadi.
Untuk itu, pelaku usaha di sektor ini harus berbenah diri dengan berjualan secara online agar bisa mempertahankan bisnisnya.
"Bisnis offline sudah enggak bisa karena Covid-19. Orang juga enggak keluar. Tapi ya orang mau baju baru, terpaksa belanja online," kata Owner Dobujack Delly Fitriansyah Darusman, Senin (20/7/2020).
Baca Juga:Â Milenial Diajak Jadi Wirausaha, Ada 3 Peluang Usaha di Tengah Pandemi
Dengan perubahan berbelanja secara online ini mau tidak mau melakukan tranformasi bisnis. Dia mengatakan, transformasi bisnis ke digital menjadi salah satu usaha untuk bertahan di tengah pandemi corona.
Jika tetap berjualan secara offline akan sulit menjalankan bisnis berkelanjutan dengan ketidakpastian kapan Covid-19 berakhir.
"Kalau memang belum ada vaksin, mau enggak mau industri main online dan diseriusin. Saat Lebaran penjualan naik 200% dengan online. Kalau outlet (otomatis) enggak jalan karena Covid-19," tuturnya.
Baca Juga:Â Buka Usaha Pakai Uang Pesangon Jangan Sampai Terbawa Nafsu
Sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meminta beberapa stimulus kepada pemerintah. Mengingat saat ini wabah virus corona sudah mulai menggerogoti industri tekstil dan produk tekstil.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan, ada beberapa relaksasi yang diminta kepada pemerintah. Stimulus ini meliputi dari mulai sektor industri, lingkungan hidup hingga energi.
"Sektor Perindustrian. Perlindungan tarif untuk produk pakaian jadi, sebagai upaya lanjutan harmonisasi tarif dari hulu ke hilir yang diperuntukkan bagi produsen hilir TPT dan IKN. Mengingat banyaknya petisioner yang harus dikumpulkan dalam waktu yang sangat singkat, oleh karena itu perlindungan tarif hanya mungkin diinisiasi oleh pemerintah," ujarnya.
(fbn)