Dari kondisi di atas, Aviliani memaparkan ada 4 tantangan industri asuransi di Indonesia. Pertama, masih relatif rendahnya kepercayaan masyarakat. Indonesia memiliki jumlah penduduk besar dan kelas menengah. Namun, penetrasi asuransi cukup rendah. Hal ini karena kepercayaan masyarakat belum tinggi.
Kedua, maraknya kasus. Beberapa kasus industri asuransi melibatkan perusahaan-perusahaan besar. "Sehingga hal ini berpotensi menyebabkan trauma bagi masyarakat," ujar dia.
Baca juga: Perusahaan Asuransi Kena Sanksi bila Tak Punya Direktur Kepatuhan
Ketiga, kualitas sumber daya manusia (SDM). Agen perusahaan asuransi harus mampu menjelaskan skim-skim asuransi, baik dari benefit maupun risikonya secara sederhana. Menurut Aviliani, selama ini, yang disampaikan lebih kepada benefit, sedangkan risikonya ditutup-tutupi.
Keempat, kesempatan investasi. Asuransi bukan hanya menyediakan skim kesehatan maupun jiwa tetapi juga untuk investasi. Maka dari itu, sebaiknya masyarakat perlu disosialisasikan lebih lanjut apa saja benefit yang didapat dari berasuransi.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)