Hingga akhirnya, dirinya menciptakan motif batik, yang dinamakan batik semprot naptul.
"Dan ternyata, motif batik semprot naptul yang diciptakan saya ini, sangat disukai oleh pasar Amerika. Selama bertahun-tahun saya mampu menembus Amerika," terangnya.
Namun, nasib berkata lain, rekan bisnisnya itu pun meninggal dunia. Karena hanya memiliki satu rekan bisnis saja, Margono pun akhirnya tak bisa lagi mengekspor batik miliknya ke negeri Paman Sam.
Dan pelan namun pasti, usahannya mengalami kemunduran. Kemunduran semakin terpuruk di masa pandemi ini. Untuk tetap bertahan, Margono berpikir keras memasarkan batiknya.
"Ibarat orang melangkah, sekarang saya hanya melangkah ditempat. Biar tetap bertahan, partai kecil pun tetap saya layani," terangnya.
Untuk itu Margono berharap uluran tangan dari pemerintah mencarikan jalan keluar terhadap kelangsungan usaha batik. Terutama kelangsungan para pengusaha batik skala kecil seperti dirinya.
Tanpa bantuan dari pemerintah, membantu pemasaran batik, bisa mengancam kelangsungan usaha batik kecil seperti dirinya.
"Apalagi seperti saya, udah usaha sepi, masih harus memikirkan bayar cicilan modal usaha ke bank. Kalau Pemerintah tak mencarikan solusi di masa sulit seperti saat ini, ya gimana lah," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)