Semakin sedikit produk yang diujikan akan semakin cepat, sebaliknya jika banyak maka waktu yang dibutuhkan semakin lama. Selain jumlah produk, antrean dari pengujian lab juga mempengaruhi lama atau tidaknya mendapatkan lebel SNI.
“Pengujian ya tergantung itemnya kalau itemnya hanya satu mungkin cepet. Tergantung antrean juga tergantung parameternya berapa lama. Kalau parameternya cuma satu tapi ujinya tiga bulan kan bisa saja. Tergantung parameternya di situ bisa cepat bisa lama,” ujarnya kepada Okezone.
Menurut Wahyu, terbatasnya lab yang tersedia untuk menguji juga menjadi salah satu kendala. Sementara itu di sisi lain jumlah perusahaan yang mendaftar untuk mendapatkan standar SNI juga sangat banyak.
6. Biaya yang Dibutuhkan untuk Pengusaha agar Masker Berlabel SNI
Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan lebel SNI ada dua jenis. Pertama adalah biaya yang dihitung satu produk yang kedua adalah borongan dengan jenis produk yang sama.
Namun dari dua jenis tersebut, biaya yang dikeluarkan dihitung berdasarkan dua hal. Pertama adalah biaya berdasarkan pengujian di laboratorium.
Masing-masing produk juga tidak sama antar satu dengan yang lainnya. Karena, makin banyak produk yang diuji makin banyak uang yang dikeluarkan, namun makin banyak lab yang bisa melakukan pengujian makin murah biaya yang dikeluarkan.
“Ada dua sisi yang dikeluarkan. Pertama adalah pengujiannya dulu. Pengujian ini kan butuh biaya juga. Ini tergantung parameternya. Makin banyak makin banyak keluar uangnya. Dan juga makin banyak labnya bisa kan kita enggak mengendalikan harga di sini jadi makin banyak yang bisa kan persaingan nih jadi turun gitu loh,” Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan dan Halal Badan Standarisasi Nasional (BSN) Wahyu Purbowasito Setyo Waskito.
Selain itu, biaya juga memperhatikan tingkat kesulitannya dan juga bahan yang digunakanya. Artinya semakin sulit barang yang diujikan semakin mahal juga biayanya.
“Yang bisa mengujikan hanya sedikit ya mahal. Kalau pengujiannya sulit juga mahal. Tergantung bahan pengujiannya, kalau mahal otomatis mahal,” jelasnya.
Lalu yang kedua adalah biaya untuk sertifikasinya. Menurut Wahyu, biaya yang dikeluarkan ini adalah untuk lembaga sertifikasi melakukan survei ke pabrik atau gempat produksi produknya untuk melihat kesesuaian produknya dari dekat.
“Lembaga sertifikasi ini kan nanti akan melihat prosesnya, sistem manajemenya melakukan sampling dan lain sebagainya. Ini ada biaya juga. Ini juga beda-beda. Umumnya kalau yang sudah umum enggak mahal,” jelasnya.
Di sini juga antara satu produk dengan yang lainya memiliki tingkat biaya yang berbeda. Karena biaya yang dikeluarkan dilihat dari tipe produknya jika ongkos produknya sedikit biaya pengujian akan mahal.
“Ini juga tergantung dari tipe produknya kalau mahal banyak ya tentunya dibagi ongkos bikin produknya murah. Kalau ongkos produknya sedikit ya tentunya menjadi mahal,” kata Wahyu.
(Fakhri Rezy)