JAKARTA - Restoran Ruby Tuesday telah mengajukan pailit, setelah menutup puluhan lokasi pada 2020. Pengecer makanan multinasional asal Amerika Serikat (AS) ini mengajukan kebangkrutan Bab 11 pada Rabu di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware.Ruby Tuesday telah menutup sepertiga lokasinya pada 2020 dari sekitar 450 restoran globalnya. Artinya ada sekitar 150 restoran yang ditutup selama 2020.
CEO Ruby Tuesday Shawn Lederman mengatakan, pihaknya berencana untuk tetap membuka restoran dan menjalankan bisnis seperti biasa melalui proses reorganisasi. Namun dalam pengajuan pengadilan, perusahaan mengatakan tidak berniat untuk membuka kembali 185 restoran mereka yang ditutup selama pandemi.
Baca Juga: IMF: Krisis Ekonomi Gegara Covid-19 Tak Seburuk Perkiraan tapi...
"Pengumuman ini tidak berarti selamat tinggal, Ruby Tuesday. Tindakan hari ini akan memberi kami kesempatan untuk memposisikan kembali perusahaan untuk stabilitas jangka panjang saat kami pulih dari dampak Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujarnya mengutip Busines Insider, Kamis (8/10/2020).
Ruby Tuesday berhenti membayar pensiun untuk setidaknya 112 pensiunan pada 21 Juli, beberapa bulan sebelum menyatakan kebangkrutan pada 2 September.
Baca Juga: Ramalan Bank Dunia: Ekonomi Kawasan Asia Pasifik Tumbuh 0,9%, Terendah sejak 1967
Sementara jaringan frenchise tersebut menerima jutaan pinjaman usaha kecil dari Paycheck Protection Program. Sementara itu, para pekerja yang mengatakan bahwa restoran Ruby Tuesday tempat mereka bekerja tiba-tiba tutup tanpa memberi peringatan kepada karyawan.
Ruby Tuesday bukanlah satu-satunya restoran yang kesulitan karena pandemi virus corona. Ruby juga bukan satu-satunya restoran, yang telah berjuang selama bertahun-tahun, telah terpukul sangat keras oleh pembatasan kapasitas ruang makan.
Setidaknya sembilan rantai restoran lain telah mengajukan kebangkrutan setelah pandemi termasuk rantai makan kasual lainnya seperti Sizzler, California Pizza Kitchen, dan perusahaan induk dari Brio Italian Mediterranean dan Bravo Fresh Italian.
"Tidak kebal dari keseluruhan perubahan dalam pengeluaran pelanggan dari makan santai ke makanan cepat saji dan konsep restoran cepat saji," jelasnya.
(fbn)