JAKARTA - Kinerja Perdagangan Indonesia dinilai masih kurang berkualitas dan masih belum maksimal. Meskipun selama enam kali kinerja neraca perdagangan Indoneska mencatatkan surplus.
Lantas langkah seperti apa yang perlu dilakukan untuk membuat ekspor impor Indonesia menjadi berkualitas? Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira mengatakan hal yang perlu dilakukan adalah melakukan peningkatan daya saing pada produknya.
Baca juga: Surplus Neraca Dagang Tak Bikin Wamenkeu Puas
Selain itu, perlu mencari peluang ekspor produk baru ke beberapa negara. Misalnya saja peluang peningkatan ekspor ke Amerika Serikat.
Menurut Bhima, potensi dari market Amerikas Serikat dan menurunnya tensi perang dagang harus dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku usaha indonesia. Namun sayangnya bukan hanya Indonesia yang siap penetrasi ke pasar AS, negara seperti Vietnam dan Malaysia juga sudah mulai bersiap siap.
Baca juga: Neraca Dagang Surplus tapi Sayang Tak Berkualitas
“Jadi fokus harus pada peningkatan daya saing produk, intelijen pasar dan mendorong perwakilan indonesia di AS untuk cari peluang ekspor,” ujarnya saat dihubungi Okezone, Selasa (17/11/2020).
Bhima juga meminta kepada pemerintah untuk memanfaatkan meredanya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Misalnya dengan meninnkatkan ekspor bahan baku untuk produksi industri di China.
“Selain itu meredanya tensi dagang AS dengan China membawa kesempatan meningkatnya ekspor bahan baku untuk produksi industri di China. Jangan sampai kesempatan ini hilang begitu saja,” ucapnya.
Bhima menambahkan, kinerja ekspor Indonesia yang surplus bukan sesuatu yang berkualitas. Menurutnya, surplus yang terjadi pada Indonesia lebih disebabkan karena belum pulihnya kinerja ekspor. Sementara nilai impor juga turun lebih dalam akibat masih rendahnya permintaan bahan baku.
“Kurang bagus karna surplus lebih disebabkan belum pulihnya kinerja ekspor smentara impor turun lebih dalam akibat rendahnya permintaan bahan baku,” jelasnya.