JAKARTA - Serikat pengemudi Grab dan Gojek se-Indonesia mengancam akan menggelar aksi unjuk rasa jika mereka tidak dilibatkan dalam pembicaraan merger di antara dua perusahaan. Tidak diikutsertakannya para pengemudi dalam negosiasi bisnis tersebut dikhawatirkan akan berimbas pada hilangnya mata pencaharian mereka.
“Kami khawatir merger akan mengakibatkan pemberhentian pengemudi,” kata Igun Wicaksono, yang mengepalai Garda Nasional, serikat pengemudi yang beranggotakan lebih dari 100 ribu orang dari Grab dan Gojek seperti dilansir VOA Indonesia, Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Baca Juga: Perang Dagang, Australia Resmi Adukan China ke WTO
Mereka menyerukan pentingnya keterlibatan pemerintah dan pengemudi dalam proses negosiasi. "Jika kami diabaikan, maka upaya terakhir kami adalah melakukan demonstrasi massal di seluruh Indonesia," katanya.
Sumber Reuters, Selasa (15/12), mengatakan bahwa dua perusahaan rintisan (start-up) tersebut sedang dalam pembicaraan lanjutan terkait rencana merger. Poin utama yang mencuat dalam negosiasi tersebut adalah mengenai bentuk entitas bisnis di Indonesia setelah mereka bergabung. Indonesia menjadi perhatian utama karena merupakan pangsa pasar terbesar bagi kedua start-up tersebut.
Baca Juga: Merger Grab-Gojek, Waspada Monopoli Ojek Online!
Orang-orang mengatakan banyak investor di masing-masing perusahaan, yang dinilai merugi itu, menginginkan aksi merger akan membuka jalan agar dapat melantai di bursa. Investor tersebut terutama berasal pendukung Grab, yaitu Masayoshi Son yang juga merupakan pendiri SoftBank Group.