"Apresiasi dolar datang pada saat tidak hanya kenaikan imbal hasil tetapi juga periode risk-off (penghindaran risiko) yang diciptakan oleh meningkatnya ketidakpastian tentang perkembangan politik di AS," kata Paresh Upadhyaya, direktur strategi mata uang dan manajer portofolio untuk Amundi Pioneer Asset Management di Boston
"Saya pikir itu melebih-lebihkan kekuatan dolar," ujarnya.
Spekulan di pasar valas tetap sangat bearish terhadap dolar, data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada Jumat (8/1/2021), menunjukkan. Dolar yang lebih kuat menggigit pound, dengan mata uang Inggris itu turun 0,3%, karena kepala penasihat medis Inggris memperingatkan bahwa beberapa minggu ke depan pandemi akan menjadi yang terburuk.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)