NEW YORK - Dolar tergelincir pada perdagangan Kamis (14/1/2021) waktu setempat. Setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengeluarkan nada dovish, mengatakan bank sentral AS tidak menaikkan suku bunga dalam waktu dekat dan menolak saran bahwa Fed mungkin mulai mengurangi pembelian obligasi dalam waktu dekat.
Program pembelian aset The Fed untuk mendukung pasar keuangan dalam pandemi telah membebani dolar. Karena meningkatkan pasokan mata uang dan mengurangi nilainya.
Baca juga: Rupiah Dibuka Lesu Dekati Rp14.100/USD
Dolar, bagaimanapun, diperdagangkan lebih tinggi untuk sebagian besar sesi Kamis, sejalan dengan kenaikan imbal hasil Treasury, di tengah ekspektasi optimis tentang stimulus fiskal Presiden terpilih Joe Biden. Tapi itu berubah arah saat Powell berbicara.
Melansir Reuters, Jakarta, Jumat (15/1/2021), pada perdagangan sore hari, indeks dolar sedikit berubah menjadi lebih rendah di 90,24. Investor juga menunggu detail rencana bantuan pandemi Biden.
Baca juga: Dolar Rebound Ditopang Imbal Hasil Obligasi AS
Sejak mencapai level terendah tiga tahun minggu lalu, dolar telah naik sekitar 1,2%, karena prospek lebih banyak stimulus telah membebani obligasi pemerintah AS, mengirimkan patokan imbal hasil Treasury 10-tahun di atas 1% untuk pertama kalinya sejak Maret.
Imbal hasil Treasury AS 10-tahun tetap lebih tinggi pada hari itu, karena Biden diperkirakan akan mengungkap proposal paket stimulus pada Kamis malam yang dirancang untuk memulai ekonomi selama pandemi virus korona dengan garis hidup yang dapat melebihi USD1,5 triliun dan membantu komunitas minoritas.