JAKARTA - Pertamina mencetak laba 2020, kendati industri migas menghadapi kondisi triple shocks akibat dari penurunan demand BBM karena pandemi Covid-19, harga minyak mentah dunia anjlok, dan depresi nilai tukar Rupiah terhadap dolar.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, perseroan melakukan efisiensi yang luar biasa di 2020 dengan melakukan penyesuaian terhadap kondisi usaha.
"Pertamina masih berhasil mencetak laba. Untuk 2020, laba bersih USD1 miliar atau Rp14 triliun," ujarnya, Kamis (4/2/2021).
Baca Juga:Â Pertamina Tingkatkan Investasi, Kejar Target 1 Juta barel
Nicke menjelaskan, di awal masa pandemi Covid-19 terjadi penurunan demand lebih dari 50% di kota-kota besar akibat adanya pembatasan aktivitas masyarakat. Secara nasional sepanjang tahun 2020 penurunannya sekitar 25%.
Sementara harga minyak mentah dunia anjlok 20-25% hingga mencapai titik terendah di bulan April-Mei 2020. Ditambah lagi fluktuasi nilai tukar rupiah yang sangat berpengaruh terhadap sektor energi di tahun 2020.
Baca Juga:Â Investasi Pertamina di Luar Negeri Capai USD17,5 Miliar
"Namun demikian kita harus melihat karena sebagian dari energi yang kita perlukan masih impor, maka ketika harga minyak dunia turun drastis, Pertamina melihat ini sebagai peluang di saat harga energi ini sedang turun," jelasnya.
Nicke menuturkan, di tahun 2020 Pertamina tetap meningkatkan produktivitas hulu migas dan kilang. Di sisi lain, Pertamina melakukan efisiensi di semua bidang termasuk pemotongan opex 30% dan memprioritaskan anggaran investasi ke proyek strategis.
Follow Berita Okezone di Google News