NEW YORK - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) menguat dari level terendah dalam tujuh minggu terakhir di perdagangan Kamis. Hal ini setelah imbal hasil obligasi 10-tahun AS melonjak 1,6% menyusul tawaran lebih lemah dari perkiraan lelang utang pemerintah AS.
Dolar naik 0,27% terhadap sekeranjang mata uang, setelah sebelumnya menurun sebanyak 0,26% menjadi 89,677 atau terendah sejak 8 Januari 2021.
Baca Juga:Â Dolar AS Lesu Imbas Sikap The Fed Pertahankan Suku Bunga
Imbal hasil Treasury 10-tahun sebesar 1,55% atau naik 16 basis poin. Bahkan lonjakan imbal hasil obligasi hingga 1,6% pada sore hari ketika lelang uang kertas 7 tahun senilai USD62 miliar dipenuhi dengan permintaan yang lemah.
Kenaikan imbal hasil obligasi tersebut terjadi setelah menyesuaikan inflasi. Hal ini menunjukkan keyakinan berkembang bahwa bank sentral mungkin mulai mengurangi kebijakan ultra-longgar, bahkan ketika para pejabat mempertahankan retorika dovish.
Baca Juga:Â The Fed Ingatkan soal Inflasi, Dolar Langsung Menguat
"Ini telah menjadi langkah global. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi itu adalah gejala dari ekspektasi pemulihan ekonomi yang kuat setelah pandemi," ujar Ahli Strategi FX UBS, Vassili Serebriakov, dilansir dari Reuters, Jumat (26/2/2021).
Meski demikian, dolar AS melemah dengan pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Di mana Bank Sentral AS menyatakan tidak akan memperketat kebijakan sampai ekonomi membaik.
Di sisi lain, mata uang terkait komoditas seperti dolar Australia, Selandia Baru dan Kanada pun mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir karena imbal hasil obligasi mereka melonjak.
Follow Berita Okezone di Google News