JAKARTA – Berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham, surat utang, atau reksa dana, menjadi aktivitas yang kian digemari para investor muda saat ini. Kesadaran para milenial untuk mempersiapkan dana investasi mulai terbangun dan ikut dipicu oleh maraknya informasi di sosial media.
Viralnya investasi yang dilakukan para influencer di pasar modal semakin membuat anak-anak muda tergerak mengikuti aktivitas ini. Namun, perlu diingat, tidak semua orang bisa mengikuti strategi investasi para influencer tersebut. Sebelum berinvestasi, setiap calon investor harus mengetahui profil risiko masing-masing.
Baca Juga: Ssttt... Segini Cuan Mahasiswi Cirebon Ini Trading ANTM Pakai Aplikasi MNC Trade New
Ada tiga jenis profil risiko investor, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Masing-masing profil risiko ini tidak bisa disamakan dalam memilih instrumen investasi. Jadi, kalau kita ingin mengikuti gaya dan pilihan investasi dari para influencer, kita harus mencari tahu terlebih dahulu profil risiko yang kita miliki dan mencocokkan dengan profil risiko para pesohor tersebut. Sebab, strategi investasi dan produk investasi yang dipilih bisa berbeda antara satu investor dengan investor lainnya yang memiliki profil risiko berbeda.
Bagaimana cara mengetahui profil risiko kita? Salah satu caranya adalah melalui kuesioner yang bisa diisi oleh calon investor yang biasa disiapkan oleh perusahaan sekuritas ketika seorang investor hendak membuka rekening efek. Seperti diketahui, pembukaan rekening efek dilakukan sebelum investor bisa bertransaksi saham. Hal ini sama seperti ketika seorang nasabah hendak membuka rekening di bank.
Baca Juga: Tips Investasi Saham agar Cuan Terus
Jika skor kuesioner menunjukkan tipe konservatif, artinya investor ini adalah tipe yang cenderung menghindari risiko tinggi. Sebab, investor tipe ini cenderung kurang siap menerima risiko kehilangan modal investasi. Karakter investor ini membutuhkan hasil investasi yang stabil dengan jangka waktu yang cenderung singkat (sekitar satu tahun). Produk investasi konservatif memiliki preferensi risiko yang rendah dan return atau hasil investasi yang juga relatif rendah namun stabil. Jika kita termasuk kategori konservatif, maka sebaiknya menghindari investasi pada produk saham yang risikonya relatif tinggi dan nilainya lebih fluktuatif. Contoh produk investasi yang cocok untuk tipe konservatif, antara lain, surat utang negara dan obligasi korporasi yang jatuh tempo pembayaran pokoknya kurang dari setahun.
Follow Berita Okezone di Google News