JAKARTA - Perkembangan perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain. Dia mencontohkan, dengan negara tetangga Malaysia yang perbankan syariahnya sudah cukup bagus.
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Hery Gunardi mengatakan, Indonesia merupakan penduduk muslim terbesar di dunia dan potensi industri halalnya sekitar Rp4.800 triliun. Namun, yang memulai industri keuangan syariah adalah negara tetangga yakni Malaysia.
 Baca juga: Wapres Bilang Tak Lama Lagi Bank Riau Kepri Jadi Bank Umum Syariah
"Di sana market share perbankan syariah itu hampir 30 persen terhadap total perbankan yang ada di negara itu, sementara di Indonesia masih di bawah 7 persen," ujar Hery dalam acara Sarasehan Industri Jasa Keuangan 'Peran Sektor Keuangan Syariah dalam Mengakselerasi Pemulihan Ekonomi di Jawa Tengah' secara virtual, Jumat (23/4/2021).
Terkait mengapa Indonesia terlambat memulai perbankan syariah, dia menyebut secara sejarah Malaysia memulai perbankan syariah dijalankan secara intensif dari tahun 1960-an, sementara Indonesia baru dimulai tahun 1990-an ditandai dengan hadirnya Bank Muamalat.
 Baca juga: BSI Gabungkan Sistem Layanan di Indonesia Timur
"Hadirnya Muamalat pun banyak sekali tantangannya sehingga maju-mundur, pasang-surut keuangan syariah dan perbankan syariah ini sehingga mengakibatkan sampai hari ini kita baru melek, bahwa kita baru sadar ingin menjadi pusat keuangan atau ekonomi syariah di dunia tapi kita startnya lama," kata dia.
"Dengan dibentuknya KNEKS, adanya Ikatan Ahli Ekonomi Islam, kemudian Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), belum dari sisi ormas ada NU dan Muhammadiyah, ini sebenarnya ekosistem yang bisa mendukung pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia," sambungnya.