JAKARTA - Nasib Garuda Indonesia tengah menjadi sorotan, salah satunya oleh Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Menurut Dahlan Garuda Indonesia bisa belajar dari maskapai penerbangan milik Thailand, Thai Airways (TG).
Menurutnya, kedua maskapai penerbangan ini memiliki masalah akibat pandemi virus corona. Namun dalam proses penyelesaian masalah antara kedua maskapai ini memiliki perbedaan.
Berikut Okezone rangkum fakta menarik terkait Garuda Indonesia dan komentar dari Dahlan Iskan, Sabtu (12/6/2021).
1. Strategi Penyelamatan Thai Airways
Perkara Thai Airways sudah dibahas dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) negara setempat untuk melakukan persidangan.
Baca Juga: Pesawat Garuda Indonesia Dikembalikan Lebih Cepat, Ini Penjelasan Dirut
"Bedanya, Thai Airways sudah membuat keputusan. membawa masalahnya ke PKPU-nya Thailand. Sidang-sidangnya sudah berlangsung, sudah pula siap diputuskan, tapi para kreditor masih menyusulkan pendapat," ujar Dahlan.
Usai kreditor memberikan pendapat usulan, PKPU pun menyetujui untuk mendengarkan hal tersebut. Dengan demikian, putusan dimundurkan hingga 15 Juni 2021 mendatang.
2. Dahlan Bilang Nasib Garuda Mengambang
Menurut Dahlan, proses yang dialami Garuda Indonesia dinilai masih ngambang karena belum ada petusan pemerintah terhadap kondisi maskapai pelat merah saat ini.
Baca Juga: Erick Thohir Buka Opsi Gaji Pilot Garuda Indonesia Dibayar Per Jam
"Pemerintah Thailand sudah pada keputusan final, tidak mau lagi menginjeksi TG. Bahkan tiga tahun lalu pemerintah sudah memutuskan tidak mau lagi menjadi pemegang saham mayoritas. Dilakukanlah divestasi dari 51% ke 47,8%. Sementara Garuda melayang-layang dengan benang putusnya," katanya.
3. Thai Airways Bukan BUMN
Dengan divestasi itu pemerintah mengeluarkan Thai Airways dari daftar BUMN-nya. Divestasi itu dilakukan dengan cepat. Saat status TG diubah, maka perusahaan pun melantai ke pasar modal. Dahlan mencatat, tidak rumit mendivestasi saham di pasar modal.
"Utang TG memang sangat besar, juga sebesar gajah bengkak. Bengkaknya lebih besar sekitar Rp100 triliun. Lebih besar dari GA yang Rp70 triliun.