Vice President and Senior Credit Officer Moody's, Abhishek Tyagi menjelaskan peringkat Baa2 PGN mencerminkan profil kredit standalone (mandiri), dan peningkatan satu tingkat.
Berdasarkan ekspektasi Moody's bahwa perusahaan akan menerima dukungan dari Pemerintah Indonesia (Baa2 stabil) dan kemungkinan melalui BUMN PT Pertamina (Persero) pada saat dibutuhkan.
"Konfirmasi tersebut mencerminkan profil keuangan PGN yang solid dan likuiditas yang kuat, yang seharusnya mampu menyerap dampak dari penurunan permintaan gas akibat pandemi dan penurunan margin distribusi," kata Abhisek.
Moody's mengatakan karena serangkaian intervensi pemerintah untuk menurunkan harga gas untuk beberapa industri, termasuk arahan untuk membatasi harga gas pada enam dolar AS per MMBTU, harga gas PGN juga ikut terpangkas.
Ditambah dengan pertumbuhan permintaan gas yang lemah akibat pandemi, Moody's memperkirakan metrik kredit PGN akan jauh lebih lemah dibandingkan dengan level 2017-2019.
Namun, metrik tersebut akan tetap berada di atas ambang batas untuk profil kredit mandiri PGN.
Profitabilitas bisnis hulu PGN dinilai Moody's masih akan melemah karena penurunan volume produksi dan pemotongan belanja modal, yang akan menyebabkan penurunan produksi lebih lanjut dari aset produksinya.
Selama 12 hingga 18 bulan ke depan, arus kas ditahan (RCF)/utang PGN kemungkinan akan 15 persen-20 persen dan cakupan bunga sekitar 4,0-4,5x. Oleh karena itu, PGN memiliki penyangga keuangan untuk mengelola metrik kreditnya dalam ekspektasi peringkat.
Prospek stabil pada peringkat mencerminkan likuiditas PGN yang kuat dan ekspektasi Moody's bahwa PGN memiliki ruang gerak dalam hal keuangan yang akan mendukung kemampuannya untuk menavigasi melalui kondisi industri yang menantang.
"Moody's berharap PGN dapat mempertahankan posisinya yang strategis dan penting sebagai perusahaan transmisi dan distribusi gas yang dominan di tanah air, dan perannya dalam mengimplementasikan keputusan kebijakan pemerintah Indonesia," jelas Abhisek.
(Dani Jumadil Akhir)