JAKARTA - International Air Transport Association (IATA) memprediksi industri penerbangan global akan merugi sebesar USD12 miliar atau Rp170,9 triliun (kurs Rp14.200). Namun, kerugian itu disebut telah berkurang sebanyak 78% dari kerugian tahun ini karena pandemi Covid-19 yang berangsur pulih.
“Kita telah melalui titik terburuk krisis,” kata Direktur Utama IATA Willie Walsh pada pertemuan tahunan yang diadakan di Boston, Amerika Serikat dikutip dari cnbc.com, Selasa (5/10/2021).
Baca Juga: PPKM Diperpanjang, Apa Dampaknya ke Industri Penerbangan?
IATA mewakili setidaknya 300 maskapai yang melayani 80% penerbangan di dunia. Pada April 2021, IATA memperkirakan kerugian akan berkisar USD47,7 miliar atau Rp679,5 triliun. Namun, kenyataannya kerugian justru mencapai USD51,8 miliar atau Rp737,9 triliun.
Baca Juga: 1.000 Pesawat Dikembalikan ke Lessor Tahun Ini, Termasuk Garuda dan Lion Air
Yang terjadi pada tahun 2020 bahkan lebih parah. IATA memprediksi kerugian USD126,4 atau Rp1.800,7 triliun. Angka prediksi itu juga meleset dan kerugiannya mencapai USD137,7 miliar atau Rp1.961,7 triliun. Jika ditotalkan, kerugian industri penerbangan kala itu bahkan lebih dari USD200 miliar atau Rp2.849,3 triliun.
“Sementara masalah serius tersisa, jalan untuk kembali pulih mulai tampak,” sambung Walsh pada pertemuan yang baru diadakan kembali setelah Juni 2019 itu.