JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menginginkan ekspor kelapa agar dikembangkan melalui koperasi, terintegrasi dari sektor hulu ke hilir melibatkan offtaker, terhubung ke pembiayaan, dan mengunakan teknologi.
Menurutnya, potensi industri kelapa sangatlah besar, baik di pasar domestik maupun di pasar dunia.
“Hampir semua dari kelapa, mulai dari daun, buah, hingga serabutnya berguna dan bernilai tinggi. Dalam hal penyumbang devisa negara, agribisnis kelapa berada pada peringkat 4 setelah sawit, karet, dan kakao,” kata Teten di Jakarta, Selasa (9/11/2021).
Pada triwulan II tahun 2020, ekspor kelapa Indonesia tercatat sebesar 988,3 ribu ton atau senilai USD519,2 juta. Volume ekspor ini tercatat meningkat 16%-17% dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Baca Juga:Â 30 Ribu Pelaku UMKM Ditargetkan Go Digital pada 2024
“Kami berharap produk kelapa dan olahannya terus dikembangkan khususnya di Kabupaten Minahasa Selatan (Sulawesi Utara) ini,” katanya.
Pada 2020, produksi kelapa di Indonesia 2,8 juta ton sesuai data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. Lima provinsi dengan produksi kelapa terbesar yaitu: Riau (14,20%), Sulawesi Utara (8,92%), Jawa Timur (8,54%), Maluku Utara (7,52%), dan Sulawesi Tengah (6,96%).
Sulawesi Utara memiliki produktivitas 1,2 ton kopra/ha/tahun atau lebih tinggi dari produksi nasional yaitu 1,0 ton kopra/ha/tahun.
Baca Juga:Â Menteri Teten: Jangan Lagi Impor Alat Kesehatan dan Pertanian
Tantangan pengembangan kelapa di Sulawesi Utara antara lain sebagian besar tanaman kelapa sudah tua/tidak produktif serta terserang hama dan penyakit alih fungsi lahan.
Ada 6 produk kelapa dan olahan indonesia yang tinggi nilai ekspornya di dunia yakni kopra diolah dengan nilai ekspor 309,4 juta dollar dengan pangsa pasar 25,5% dan Indonesia merupakan peringkat 1 di dunia.