JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyusun strategi besar di sektor pertambangan. Langkah itu memperkuat hilirisasi di Tanah Air.
Indonesia masih mengekspor 50% bahan baku (raw material) pertambangan ke negara-negara tujuan ekspor. Padahal, di lain sisi pemerintah ingin memperkuat hilirisasi pertambangan.
Baca Juga: PNBP Minerba Lampaui Target, Pertambangan Sumbang Rp49,6 Triliun
Erick memandang, intensitas ekspor tersebut membuat Indonesia kehilangan kesempatan atau tidak mendapat keuntungan berarti di sektor pertambanagan.
"Kalau raw materialnya saja yang dikirim, ya tentu kita tidak dapat apa-apa. Apalagi data menunjukan 50% itu di Indonesia itu ekspornya masih raw material, jadi artinya apa? Sudah seyogyanya Indonesia harus merubah strategi besar," ujar Erick dikutip Rabu, (29/12/2021).
Baca Juga: Ada 2.741 Lokasi Pertambangan Tanpa Izin di RI, Kok Bisa?
Menurutnya, globalisasi memungkinkan adanya pasar terbuka bagi negara-negara di dunia. Hanya saja, Indonesia berkomitmen memperkuat ekosistemnya atau secara mandiri membangun industri pertambangan dari hulu ke hilir. Komitmen itu sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, Kepala Negara menolak menandatangani kesepakatan kerja sama rantai pasok (supply chain) bahan baku pertambangan dengan sejumlah negara. Penolakan dilakukan saat pelaksanaan forum kerja sama multilateral G20 di Roma dan COP26 di Glasgow beberapa waktu lalu.