JAKARTA - Indeks utama Wall Street ditutup melemah tajam pada perdagangan Rabu (19/1/2022) waktu setempat, Hal itu terjadi setelah serangkaian pendapatan perusahaan yang beragam dan karena investor terus khawatir tentang imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi, serta pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve.
Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 339,82 poin, atau 0,96%, menjadi 35.028.65, S&P 500 kehilangan 44,35 poin, atau 0,97%, menjadi 4.532,76 dan Nasdaq Composite turun 166,64 poin, atau 1,15%, menjadi 14.340,26.
Nasdaq berakhir turun 10,7% dari rekor penutupan 19 November, karena saham dijual ke pasar yang kemarin tutup. Koreksi dikonfirmasi ketika indeks ditutup 10% atau lebih di bawah level penutupan rekornya.
Baca Juga:Â Wall Street Anjlok, The Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga
Koreksi terakhir Nasdaq terjadi pada awal 2021, ketika indeks teknologi berat turun lebih dari 10% dari 12 Februari hingga 8 Maret. Ini adalah keempat kalinya dalam dua tahun sejak pandemi virus corona mengguncang pasar global sehingga indeks menemukan dirinya sendiri dalam sebuah koreksi.
Sektor konsumen discretionary turun paling banyak di antara sektor S&P 500, turun 1,8%, sementara keuangan turun sekitar 1,7% dan teknologi turun 1,4%. Russell 2000 berkapitalisasi kecil turun 1,6%.
Banyak saham yang jatuh pada perdagangan Selasa kemarin, dengan Nasdaq jatuh 2,6%, setelah hasil yang lemah dari Goldman Sachs dan lonjakan hasil Treasury. Imbal hasil Treasury AS turun pada hari Rabu dari tertinggi dua tahun.
Baca Juga:Â Wall Street Menguat, Inflasi AS Capai 7% Sepanjang 2021
Kemudian disusul pada Rabu, saham Apple turun 2,1%, paling membebani Nasdaq, sementara penurunan Tesla dan Amazon juga menyeret indeks.
Saham telah memulai dengan awal yang sulit pada tahun 2022, karena kenaikan cepat dalam imbal hasil Treasury di tengah kekhawatiran The Fed akan menjadi agresif dalam mengendalikan inflasi yang terutama memukul saham teknologi dan pertumbuhan. Benchmark S&P 500 turun sekitar 5% sepanjang tahun ini.