Namun, kehidupan berkata lain. Habis jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang terjadi pada keluarga Li. Sebuah tragedi besar lainnya menimpa keluarga mereka dalam rentang waktu tiga tahun. Ayahnya sakit karena tuberkulosis (TB) dan meninggal saat Li Ka-shing baru berusia 15 tahun.
Li pun terpaksa putus sekolah dan mengambil pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Dia mulai bekerja di sebuah perusahaan perdagangan plastik sebagai salesman yang menjual arloji dan ikat pinggang plastik. Ia bekerja sangat keras hingga 16 jam sehari dan terbukti menjadi salesman yang cakap.
Dalam sebuah wawancaranya dengan Forbes, dia mengatakan bahwa pengalaman paling mengerikannya selama masa kanak-kanak adalah ketika dia harus menyaksikan ayahnya menderita dan akhirnya meninggal karena TB.
Menurutnya, kematian ayahnya membuat ia cukup terpukul dan trauma. Kemiskinan dan rasa ketidakberdayaan serta isolasi mendatangkan pertanyaan mungkinkah membentuk kembali takdir seseorang? Dan apakah mungkin untuk meningkatkan peluang sukses melalui perencanaan yang teliti?
Setelah mendapatkan cukup pengalaman dalam industri plastik, Li kemudian membentuk bisnisnya sendiri, sebuah perusahaan plastik bernama Cheung Kong pada 1950. Awalnya, perusahaan tersebut memproduksi bunga buatan dan mengekspornya ke Amerika Serikat.