WASHINGTON - Bank Sentral AS, The Fed memutuskan menaikan suku bunga acuan 0,50% menjadi 0,75-1%. Kenaikan suku bunga setengah poin persentase ini menjadi kebijakan paling agresif The Fed dalam menekan laju inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
“Inflasi terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkannya. Kami bergerak cepat untuk menurunkannya kembali," kata Ketua Fed Jerome Powell, dilansir dari CNBC, Kamis (5/5/2022).
Baca Juga: Wall Street Naik, Saham Keuangan dan Teknologi Laris Manis Jelang Keputusan The Fed
Powell mengatakan rakyat Amerika sangat terbebani tingginya inflasi, utamanya pada orang-orang berpenghasilan rendah. "Kami sangat berkomitmen untuk memulihkan stabilitas harga," ujarnya.
Oleh karena, Powell berharap kebijakan ini akan berarti menekan laju inflasi. Sementara itu, tingkat dana federal menetapkan berapa banyak bank membebankan satu sama lain untuk pinjaman jangka pendek, tetapi juga terkait dengan berbagai tingkat utang konsumen yang dapat disesuaikan.
Baca Juga: Dolar AS Menguat terhadap Mata Uang Dunia
Seiring kenaikan suku bunga, Bank Sentral AS mengindikasikan akan mengurangi kepemilikan aset pada neraca USD9 triliun.
Selama ini The Fed telah membeli obligasi untuk menjaga suku bunga rendah selama pandemi. Tetapi lonjakan harga telah memaksa pemikiran ulang dramatis dalam kebijakan moneter.
Pasar pun bersiap terhadap pergerakan tersebut, tetapi tetap saja diprediksi bergejolak sepanjang tahun.
Investor mengandalkan The Fed sebagai mitra aktif dalam memastikan pasar berfungsi dengan baik, tetapi lonjakan inflasi mengharuskan pengetatan.
(Feby Novalius)