JAKARTA - Rusia mengalami gagal bayar (default) atas utang luar negeri setelah melewati masa tenggang 1 bulan, yakni jatuh tempo 27 Mei 2022.
Menyikapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal mengatakan gagal bayar Rusia tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia. Karena dari sisi hubungan perdagangan maupun dari sisi pasar uang atau pasar modal jumlahnya kecil.
Baca Juga:Â Rusia Diprediksi Gagal Bayar Utang Pertama Kalinya Sejak 1998
"Kalau perdagangan kita terbesar China kemudian Amerika dan beberapa negara tradisional market yang lain, Rusia tidak masuk yang dalam top 13," ungkapnya kepada MPI, Selasa (28/6/2022).
Dia menambahkan, dari sisi pasar modal atau pengaruh dari sisi sektor keuangan Indonesia terpengaruh sekali dengan kebijakan Amerika, tapi dengan Rusia sangat kecil.
Baca Juga:Â Rusia Diprediksi Tak Mampu Bayar Utang Rp1.700 Triliun
"Jadi kalau Rusia gagal bayar untuk pinjaman luar negeri saya rasa tidak signifikan, hanya saja mungkin dari sisi bahwa kalau mereka gagal bayar berarti kan dari sisi demand global turun karena menurunnya demand Rusia sebagai salah satu negara G20. Jadi artinya posisi perekonomiannya sebetulnya cukup signifikan terhadap global, jadi menurunkan demand global" jelasnya.
Baca Juga: 50 Tahun Berkarya, Indomie Konsisten Hidupkan Inspirasi Indomie untuk Negeri
Follow Berita Okezone di Google News