CHICAGO - Harga emas menguat di akhir perdagangan Jumat. Penguatan ini memperpanjang kenaikan dalam hari ketiga berturut-turut karena dolar AS melemah setelah data ekonomi menunjukkan bahwa Amerika Serikat secara teknis telah memasuki resesi.
Kontrak harga emas berjangka untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange terangkat USD12,6 atau 0,71% menjadi USD1.781,80 per ounce, setelah sempat mencapai level tertinggi sesi di USD1.784,60.
Untuk minggu ini kontrak harga emas Agustus naik 2,1% terbesar sejak kenaikan 4,2% selama seminggu hingga 25 Februari.
Baca Juga: AS Resesi, Begini Dampak Besar ke Perekonomian RI
Dolar melemah di tengah penurunan tajam dalam imbal hasil obligasi pemerintah setelah investor menafsirkan ekonomi AS yang menyusut sebagai satu lagi alasan bagi Federal Reserve (Fed) untuk mengurangi langkah pengetatannya.
Greenback yang diperdagangkan berlawanan dengan emas, telah jatuh hampir satu persen jika digabungkan dalam dua hari terakhir terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya.
Grafik emas menunjukkan bahwa logam mulia itu dapat terus naik hingga 1.800 dolar AS, jika dolar dan imbal hasil obligasi mundur lebih jauh dari proyeksi kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih lembut sepanjang sisa tahun ini.
Baca Juga: AS Alami Resesi, Indonesia Perlu Hati-Hati
"Risiko kenaikan persentase penuh oleh The Fed sudah lama hilang," kata Analis OANDA, Ed Moya, dikutip dari Antara, Sabtu (30/7/2022).
Data ekonomi yang dirilis Jumat (29/7/2022) juga mendukung emas. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi, melonjak 1,0 persen pada Juni, kenaikan terbesar sejak September 2005 dan menyusul kenaikan 0,6 persen pada Mei.