JAKARTA - Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI), David Tobing menyatakan bahwa adanya wacana kenaikan tarif ojek online (Ojol) yang berkisar antara 30%-50% pada 29 Agustus akan menyulitkan bagi masyarakat yang terbiasa menggunakan ojol.
Hal itu diungkapkannya jika melihat hasil survei yang dilakukan oleh Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) Universitas Airlangga. Dalam hasil riset tersebut menyatakan bahwa pengguna ojol tersebut adalah kalangan kelas menengah kebawah atau pendapatannya sebesar UMP daerah masing-masing.
"Jadi kita bisa pikirkan bahwa ketika pendapatan yang sudah pas-pasan itu, kemudian akan digunakan untuk transportasi ojol dimana harganya akan naik. Hal ini akan menyulitkan bagi kehidupan mereka," katanya dalam acara Polemik Trijaya FM dengan topik 'Mencari Titik Tengah Polemik Kenaikan Tarif Ojek Online' yang di pantau secara virtual di Jakarta, Sabtu (27/8/2022).
David mengatakan bahwa jika melihat dari kenaikan UMP pada 2022 hanya mengalami kenaikan tidak sampai dua persen. Sementara inflasi mencapai angkka mencapai angka 4,9 persen.
Oleh karena itu, David meminta pemerintah harus memikirkan kembali mengenai kebijakan naiknya tarif ojol. Selain membebani masyarakat, kenaikan itu juga akan berdampak terhadap pengurangan pendapatan pengemudi ojol karena masyarakat akan beralih ke transportasi lain.