JAKARTA - Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kini menjadi kekhawatiran banyak masyarakat.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi mengatakan bahwa alasan pemerintah masih belum menaikkan harga BBM subsidi hingga saat ini, setelah lebih dari seminggu isu kenaikan harga BBM subsidi berhembus.
Menurutnya, hal ini adalah upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat.
Dia menyebut daya beli masyarakat sangat penting karena sektor konsumsi menyumbang 55-60% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
BACA JUGA:Konsumsi BBM Masyarakat Indonesia Tembus Rp1,2 Triliun/Hari
“Pemerintah berupaya semaksimal mungkin menjaga daya beli masyarakat. Tapi kondisi APBN ini berat untuk semuanya. Daya beli ini penting, karena sebagian PDB kita, drivernya dari sektor konsumsi kira-kira di 55-60% PDB kita dari sektor konsumsi,” kata Komaidi secara virtual, Kamis (1/9/2022).
Dia mengatakan, sejak perang Rusia – Ukraina pasokan minyak mentah mengalami gangguan dari sisi penawaran.
Rusia memproduksi 15 juta barrel minyak mentah per hari, dengan konsumsi 2-3 juta barrel per hari, sehingga ada sekitar 12 juta barrel per hari yang diekspor.
“Kalau itu di larang keluar oleh AS dan Eropa, akan terjadi kelangkaan di pasar sebanyak 12 juta barrel, dan mendorong kenaikan harga signifikan,” ucapnya.