Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara, yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih menjadi USD32,19 juta pada H1-2022, atau meningkat 735,49% dibandingkan dengan USD3,85 juta pada semester I 2021. Laba bersih naik 335,55% dari USD3,63 juta pada kuartal II 2021 menjadi USD15,80 juta pada kuartal II 2022.
Keuntungan yang dibukukan Perseroan berasal dari anak usaha BCR yaitu PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), yang masing-masing menargetkan produksi sebanyak 4,5 juta MT dan 1,8 juta MT untuk tahun 2022, meningkat dari 2 juta MT dan 590 ribu MT di 2021. Selain PMC dan BSPC, anak perusahaan BCR lainnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) telah memulai produksi batu bara pada Juli 2022.
Memiliki salah satu area konsesi terbesar seluas 15 ribu hektar, perseroan yakin IBPE pada kuartal depan dan seterusnya akan memberikan kontribusi signifikan. IBPE ditargetkan memproduksi 500 ribu MT batu bara pada tahun 2022. Di samping itu, PT Arthaco Prima Energy (APE), juga ditargetkan untuk mulai produksi dalam tahun ini.
Perseroan sedang menjalankan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) awal tahun ini. Perseroan berencana menerbitkan 14.840.555.748 saham yang dananya akan digunakan untuk pelunasan seluruh Surat Sanggup yang diterbitkan kepada PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) dalam rangka pengambilalihan BCR.
Selain itu, akan digunakan sebagai setoran modal kepada perusahaan anak yang akan digunakan untuk pengembangan usaha di bidang batubara dan migas dan modal kerja Perseroan. Pasca HMETD, BHIT akan memiliki kepemilikan maksimal 56,97% di IATA.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)