"Saya kira kalau dikaitkan dengan kerangka kerja IPEF, sebetulnya yang disasar Amerika utamanya mengalihkan sumber-sumber, atau akses ekonomi mereka dari China,” ujar Riza.
Dia berharap misi Airlangga ke IPEF sukses membawa peningkatan investasi dari AS ke Indonesia.
"Impact-nya perlu kita lihat apakah ada hal-hal konkret, misal dalam hal peningkatan investasi Amerika di negara ASEAN, terkhusus Indonesia, itu perlu dilihat dulu, seberapa peluang bisnis industri mereka bisa mendorong untuk melakukan ekspansi bisnis sesuai dengan kerangka kerja yang dirancang," tegasnya.
Dalam kunjungannnya ke AS, Airlangga memang sempat mengajak investor AS untuk masuk ke Indonesia.
Ketua Umum Partai Golkar ini mempromosikan peluang besar bagi AS dan RI untuk meningkatkan kerja sama.
Volume perdagangan bilateral RI-AS ditargetkan mencapai USD60 miliar, sedangkan saat ini baru mencapai sekitar USD37 miliar.
"Investasi AS ke Indonesia masih sangat kecil, sehingga perlu didorong lebih banyak investasi AS ke Indonesia," kata Airlangga.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai Indonesia membutuhkan modal asing untuk memajukan perekonomian di dalam negeri.
Menurutnya, upaya Menko Perekonomian mengajak investor AS relevan dengan kondisi Indonesia yang tengah berupaya memulihkan diri pasca pandemi Covid-19.
"Ajakan ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang membutuhkan modal asing untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja, sehingga bisa menurunkan angka kemiskinan," ujarnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)