JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkap skenario terburuk ekonomi global tahun depan. IMF memperkirakan harga-harga barang konsumen di seluruh dunia naik 8,8% tahun ini, naik dari 4,7% pada 2021.
IMF menyebutkan sederet ancaman termasuk perang Rusia dan Ukraina, tekanan inflasi kronis, suku bunga yang buruk dan konsekuensi pandemi COVID-19 yang masih tersisa.
Badan pemberi pinjaman beranggotakan 190 negara itu memperkirakan bahwa perekonomian dunia hanya akan tumbuh 2,7% tahun depan, turun dari perkiraaan Juli lalu sebesar 2,9%.
Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak direvisi, masih pada angka 3,2% - turun tajam dari angka pertumbuhan tahun lalu sebesar 6%.
“Skenario terburuk baru akan terjadi,” kata kepala ekonomi IMF Pierre-Olivier Gourinchas dilansir dari VOA, Rabu (12/10/2022).
Tiga ekonomi besar – AS, China dan Eropa – melambat. Negara-negara yang mewakili sepertiga ekonomi dunia itu akan terkontraksi tahun depan, sehingga tahun 2023 “akan terasa seperti resesi” bagi banyak orang di seluruh dunia.
Dalam perkiraan terakhirnya, IMF memangkas prospek pertumbuhan AS menjadi 1,6% tahun ini, turun dari prediksi di bulan Juli sebesar 2,3%. IMF memperkirakan AS hanya akan tumbuh pada angka satu koma tahun depan.
Badan itu memperkirakan ekonomi China hanya akan tumbuh 3,2% tahun ini, turun drastis dari angka pertumbuhan tahun lalu sebesar 8,1%. Beijing telah menerapkan kebijakan nol-COVID yang kejam dan menindak pinjaman real estat yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas bisnis negara itu.