JAKARTA – Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 menghasilkan enam kesepakatan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa tantangan ekonomi global yang kompleks membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan tindakan kolektif dari G20.
"Tantangan ekonomi global yang kompleks juga memerlukan kerja sama dan sinkronisasi dalam mengembangkan bauran kebijakan makroekonomi yang tepat dari instrumen kebijakan fiskal, moneter, dan struktural untuk mengatasi masalah global kita bersama dan mendukung pemulihan ekonomi secara efektif," ujar Sri dalam konferensi pers The 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting di Washington DC, Jumat (14/10/2022).
Dia berpesan, bauran kebijakan yang tepat sangat mendesak untuk menurunkan tekanan inflasi tinggi yang berkepanjangan.
"Pertemuan kami hari ini sangat penting untuk kredibilitas G20. Di sini kami memiliki kesempatan untuk memenuhi komitmen lain yang kami buat pada bulan Februari lalu, serta untuk mengambil tindakan yang lebih mendesak pada masalah-masalah yang muncul sejak saat itu," ungkap Sri.
Pertama, pada ekonomi global, G20 memperkuat tindakan terkoordinasi dan harmonis pada isu-isu yang sangat penting bagi stabilitas dan kemakmuran ekonomi global, termasuk ketahanan pangan dan energi.
"Kedua, kami memperkuat komitmen kami untuk memastikan ketahanan keuangan jangka panjang dari arsitektur keuangan internasional. Komitmen kami termasuk pada Global Financial Safety Net (GFSN), alokasi Special Drawing Right (SDR) untuk mendukung yang paling rentan dan untuk memperkuat kerangka kecukupan modal Multilateral Development Bank sambil memastikan penerapan Kerangka Kerja Umum tentang Perlakuan Utang di luar DSSI," jelas Sri.
Ketiga, mereka menegaskan kembali komitmennya untuk kemajuan yang signifikan dalam regulasi dan pengawasan sektor keuangan. Mereka pun bertujuan untuk memperkuat sistem keuangan internasional dalam menghadapi perkembangan sistem keuangan, termasuk aktivitas dan pasar crypto-asset sambil memanfaatkan digitalisasi untuk meningkatkan produktivitas, ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, dan strategi untuk memperkuat literasi keuangan digital.
"Yang keempat, kami menegaskan kembali komitmen kami untuk memajukan Laporan Keuangan Berkelanjutan 2022, yang, dalam menangani prioritas yang diidentifikasi dalam Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan G20, telah mengembangkan kerangka keuangan transisi untuk mengenali kegiatan transisi iklim, termasuk transisi energi dan cara-cara untuk meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan keuangan berkelanjutan," jelas Sri.
Kesepakatan kelima, mereka menegaskan kembali komitmennya untuk merevitalisasi investasi infrastruktur dengan cara yang berkelanjutan, inklusif, dan terjangkau, termasuk alat untuk meningkatkan partisipasi sektor swasta, memobilisasi pembiayaan ke kota dan daerah, meningkatkan investasi digital dan InfraTech, dan meningkatkan investasi infrastruktur yang berkelanjutan dan transformatif.
"Yang terakhir, kami menegaskan kembali komitmen kami untuk implementasi paket pajak internasional sambil menantikan implementasi penuh dari Asia Initiative Bali Declaration on International Taxation," ucap Sri.
Pertemuan hari ini adalah pertemuan keempat dan terakhir Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di bawah Presidensi G20 Indonesia.
"Terlepas dari kenyataan bahwa kami menghadapi banyak tantangan sejak awal sebagai akibat dari meningkatnya konflik politik, perang di Ukraina, dan diperburuk oleh situasi ekonomi yang memburuk, Presidensi Indonesia telah mampu mempertahankan kesatuan G20 sebagai forum global utama untuk kebijakan ekonomi dan keuangan," pungkas Sri.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)