Wawan menguraikan, price to earning rate (PER) industri keuangan LQ45 di luar ARTO rata-ratanya 15 kali dengan PBV 2,25 kali, sementara PER industri komoditas di 7,3x.
Dalam hal ini, PER BMRI masih sebesar 11,87 kali dengan PBV 2,29 kali. Sementara ADRO memiliki PER sebesar 3,10 kali.
Kemudian yang menarik dari saham-saham konstituen LQ45, sepanjang bulan Oktober 2022, sebanyak 8 saham penghuni indeks itu masuk dalam daftar lagarde.
Berdasarkan data BEI, penurunan terbesar dialami GOTO sebesar 24,4% sepanjang Oktober 2022. Selanjutnya ada saham ARTO yang menurun 22,7%, TBIG 13,1%, TOWR 6,5%, PTBA 6,2%, MDKA 4,3%, UNVR 3,9% dan TLKM 1,6%.
Meski menunjukkan penurunan kinerja, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, prospek untuk saham-saham tersebut masih positif. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terakselerasi.
Terlebih, jika menilik dari kinerja keuangan per September 2022, sejumlah emiten di atas mencatatkan kinerja top line dan bottom line secara tahunan seperti PT Bukit Asam Tbk dan PT Bank Jago Tbk.
Nico juga menilai sektor telekomunikasi seperti TLKM, TBIG serta TOWR dan sektor teknologi seperti GOTO juga memiliki prospek yang menarik dalam tren jangka panjang. Hal itu juga sejalan dengan penetrasi internet dan digitalisasi yang tumbuh setiap tahunnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)