JAKARTA - PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) meraup laba bersih sebesar Rp540,59 miliar atau menyusut 0,92% dibanding periode sama tahun 2021 yang terbilang Rp545,66 miliar.
Dikutip dari Harian Neraca, sehingga emiten milik orang terkaya RI ini pun kini laba per saham yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk turun ke level Rp120 per lembar, sedangkan di akhir September 2021 berada di level Rp121.
Sementara penjualan bersih tumbuh 8,9% menjadi Rp9,089 triliun yang ditopang peningkatan pendapatan jasa distribusi sebesar 12,5% menjadi Rp3,675 triliun.
Adapun penjualan produk konsumen dan kosmetika tumbuh 11,86% menjadi Rp2,762 triliun. Lalu, penjualan farmasi meningkat 1,53% menjadi Rp2,651 triliun.
BACA JUGA:Klinko Karya Imaji (KLIN) Raih Laba Rp229,21 Juta di Kuartal III-2022
Lalu, beban pokok penjualan membengkak 12,09% menjadi Rp6,025 triliun. Tapi laba kotor tetap tumbuh 3,1% menjadi Rp3,064 triliun. Lalu beban penjualan turut membengkak 10,9% menjadi Rp1,98 triliun.
Demikian juga dengan beban umum dan administrasi yang naik 2,2% menjadi Rp448,25 miliar. Akibatnya, laba usaha merosot 8,3% menjadi Rp705,67 miliar.
Serta kewajiban bertambah 23,76% dibanding akhir tahun 2021 menjadi Rp3,427 triliun. Salah satu pemicunya, utang bank jangka pendek yang naik 115,9% menjadi Rp868,94 miliar. Sedangkan ekuitas meningkat 4,5% menjadi Rp7,18 triliun. Sehingga aset tumbuh 9,9% menjadi Rp10,607 triliun.
Sebelumnya, perseroan membagikan dividen final sebesar Rp 70 per saham atau seluruhnya berjumlah Rp 315,69 miliar. Keputusan pembagian dividen sendiri telah mengantongi restu pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST).
Adapun jumlah dividen final itu sudah termasuk dividen interim sebesar Rp 20 per saham atau sekitar Rp 90,19 miliar. Oleh karenanya, TSPC akan membagikan tambahan dividen sejumlah Rp 50 per saham atau seluruhnya berjumlah Rp 225,49 miliar. Analis Fundamental B-Trade, Raditya Pradana bilang, varian Omicron yang berdasarkan beberapa penelitian dianggap sebagai seasonal flu karena dampaknya tidak terlalu parah. Karenanya, ia berpendapat membuat prospek dari saham farmasi tertekan. Menilik pergerakan sahamnya, dia melihat pergerakannya sideways cenderung bearish.
"Menandakan investor masih wait and see, terutama menunggu hasil laporan keuangan kuartal IV dan tahunan dari berbagai emiten farmasi," ujarnya dikutip Kamis (17/11/2022),
Sebagai informasi, analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu melihat, secara teknikal dalam beberapa bulan ini volume transaksi relatif sepi dan terjadi ketidaksinkronan pergerakan di sektor farmasi.
Dia melihat SIDO dan KLBF bergerak uptrend karena cukup berhasil menggenjot segmen produk konsumennya, sedangkan KAEF, INAF, dan TSPC cenderung masih stagnan yang mana masih mengandalkan produk obat atau farmasi saja.
(Zuhirna Wulan Dilla)