Sebab, kenaikan suku bunga akan mencerminkan ccost of fund yang tinggi. Alhasil, emiten menahan dalam menerbitkan surat utang dan membuat penerbitan surat utang lebih rendah dibandingkan dengan 2022.
“Ketika inflasi dan suku bunga naik akan menahan konsumsi masyarakat dan korporasi pun menahan ekspansi bisnisnya,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Vice President Credit Analyst Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Teddy Hariyanto seperti dikutip bisnis, prospek penerbitan obligasi korporasi pada 2023 tetap positif, seiring dengan risiko yang menurun di tengah perbaikan kondisi ekonomi yang berlanjut.
Di mana dia akan memanfaatkan peluang pemulihan ekonomi domestik yang berlanjut. Di sisi lain, imbal hasil surat utang pemerintah dan risiko premium turut menurun.
Dia mengemukakan bahwa penerbitan obligasi korporasi saat ini masih didorong oleh kebutuhan dana emiten untuk ekspansi maupun refinancing. Perusahaan juga cenderung mencari pendanaan dengan tenor panjang dengan suku bunga tetap saat ini.
“Searah dengan tren pemulihan ekonomi, kami memandang bahwa risiko kredit para issuer telah menurun dan kapasitas dalam memenuhi kewajiban utangnya makin membaik, meskipun memang masih ada beberapa penerbit yang menghadapi kendala dalam pemulihan kinerja,” ucapnya.
Sehingga magnitudo ancaman resesi masih menjadi perhatian dalam penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Kondisi perekonomian yang tidak stabil bakal membawa volatilitas tinggi bagi pasar kredit di Tanah Air.
“Risiko rating atau outlook downgrade dari agensi pemeringkat bisa muncul apabila penerbit tidak mampu mengelola risiko volatilitas di pasar akibat ancaman resesi global,” pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)