Salah satu bank yang menyalurkan program KUR dan berperan penting terhadap perkembangan UMKM di Indonesia adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Bahkan BRI dipercaya pemerintah untuk menyalurkan KUR dalam jumlah yang fantastis. Hal ini terbukti dari angkanya yang terus meningkat. Pada tahun ini, Bank BRI mendapatkan alokasi penyaluran KUR sebesar Rp270 triliun. Angka itu naik Rp13 triliun dari alokasi tahun sebelumnya Rp257 triliun.
Baca Juga : BRI Dorong Keberlanjutan UMKM Naik Kelas Melalui Digitalisasi
Transformasi digital UMKM sejalan dengan core business BRI yang memang mengakar kepada usaha rakyat. BRI terus mendorong transformasi digitalisasi UMKM agar naik kelas. Tujuannya, ketahanan dan keberlanjutan usaha para pelaku usaha juga diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan sesuai pengembangan roadmap digital, Bank BRI bertekad melayani masyarakat sebanyak-banyaknya dengan biaya seefisien mungkin melalui go smaller, go shorter dan go faster.
“Situasi krisis akibat pandemi corona mendorong kami berinovasi lebih cepat. Kami menyinergikan tiga eksosistem sebagai cara kami mendigitalisasi UMKM agar terus bertumbuh, bangkit dari tekanan dampak corona,” kata Sunarso, dalam Webinar Nasional “The Future of Digital Banking” belum lama ini.
Terkait ekosistem digital, Bank BRI telah menggandeng sejumlah perusahaan e-commerce besar dan ride hailing, mulai dari Tokopedia, Grab, Bukalapak, Shopee, Gojek, untuk pembiayaan KUR kepada merchant atau mitra mereka. Sementara untuk ekosistem desa, Bank BRI mendukung pemberdayaan ekonomi melalui pengembangan cluster dan produk unggulan serta BUMDES.
Digitalisasi UMKM bak Emerald
Dari peristiwa dahsyat yang perjalanan ekonomi Indonesia, ketiganya terbukti diselamatkan oleh UMKM. Bahkan peran UMKM terhadap ekonomi melompat tajam dengan adanya digitalisasi UMKM.
Sebelum pandemi, data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) tercatat sebanyak 3,79 juta UMKM sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan produknya. Jumlah ini berkisar 8 persen dari total pelaku UMKM yang ada di Indonesia, yakni 59,2 juta.
Namun setelah pandemi, tercatat sebanyak 19,5 juta pelaku UMKM telah terhubung platform e-commerce. Jumlah itu hampir 30 persen dari 65 juta UMKM. Artinya transformasi digitalisasi menjadi kunci dan momen kebangkitan ekonomi Indonesia. Terlebih potensi transformasi digital masih sangat terbuka lebar seiring dengan teknologi yang akan terus berkembang.
Peran UMKM begitu penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perannya sangat dominan, sehingga butuh terus dikembangkan. Apalagi potensi kekayaan Indonesia sangat berlimpah, menjadi modal keuntungan tersendiri bagi pelaku UMKM. Sebut saja potensi alam baik laut maupun gunung yang menyimpan pertambangan hingga ke perut bumi, beserta produk turunannya yang bisa menjadi karya pelaku UMKM.
Tak pelak dunia menyematkan Indonesia sebagai negara Zamrud Khatulistiwa. Istilah ini tepat karena kekayaan alam Indonesia yang melimpah dan memukau serta letak geografisnya yang dilintasi garis khatulistiwa.
Tidak salah jika kehadiran digitalisasi UMKM Indonesia juga menyandang sebagai The Emerald of Equator. Sebab Digitalisasi UMKM mampu menghubungkan dari Sabang sampai Merauke bahkan go global. Digitalisasi UMKM menembus ruang waktu ke pada masa depan yang lebih sejahtera. Tidak hanya bagi pelaku, namun digitalisasi UMKM mampu menyelamatkan ekonomi Bumi Pertiwi.
(Taufik Fajar)