JAKARTA - Bursa saham AS, Wall Street sepekan mencatat kenaikan saham megacaps. Di antaranya, Apple, Microsoft hingga Amazon.
Kenaikan tersebut didukung strategi lama investor yang mengandalkan gejolak harga aset saat ini, yakni dengan membeli saham perusahaan besar AS yang memimpin pasar lebih tinggi selama bertahun-tahun.
Adapun saham dari lima perusahaan teratas seperti Apple (AAPL.O), Microsoft (MSFT.O), Alphabet (GOOGL.O), Amazon (AMZN.O) dan Nvidia (NVDA.O) telah naik antara 4,5% dan 12% sejak 8 Maret.
Megagaps menarik pertaruhan karena neraca dan margin laba yang kuat, serta model bisnis yang diperkirakan akan bertahan lebih baik jika resesi melanda, kata investor. Kemunduran imbal hasil obligasi AS baru-baru ini, yang kenaikannya menghukum pertumbuhan saham tahun lalu, juga mendukung harga mereka pada tahun 2023.
Tetapi kekuatan mereka bisa memiliki kelemahan. Kapitalisasi pasar Megacaps yang tumbuh berarti indeks seperti S&P 500 semakin didorong oleh kelompok saham yang lebih kecil. Itu bisa memacu volatilitas di pasar yang lebih luas jika keadaan berubah dan investor segera keluar dari nama teknologi dan pertumbuhan besar.
“Pandangan dari investor adalah bahwa perusahaan teknologi berada di tempat yang lebih baik untuk melewati periode waktu yang tidak pasti,” kata Co-chief Investment Officer Truist Advisory Services, Keith Lerner, dilansir dari Reuters, Minggu (26/3/2023).
Kekuatan dalam megacaps juga menutupi kelemahan di tempat lain. Ukuran luasnya pasar telah menjadi lebih negatif, sementara S&P 500 (.SPXEW) dengan bobot yang sama, proksi untuk rata-rata saham dalam indeks benchmark, turun lebih dari 5% sejak Maret.
Investor bersiap untuk lebih banyak volatilitas sektor perbankan minggu depan, setelah penurunan tajam saham raksasa Eropa Deutsche Bank dan UBS pada hari Jumat menyusul runtuhnya Silicon Valley Bank dan Signature Bank awal bulan ini. Data AS yang akan datang tentang kepercayaan konsumen dan inflasi juga dapat mempengaruhi pasar.
Megacaps memimpin pasar AS dalam dekade setelah krisis keuangan dan memelopori rebound Wall Street setelah aksi jual pada awal 2020 yang dipicu oleh pandemi virus corona. Tapi mereka jatuh tahun lalu, karena Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi tinggi selama 40 tahun.
Follow Berita Okezone di Google News