Kemudian Jason Itkin selaku pengacara yang mewakili ribuan penggugat, mengungkap kembali bahwa kesepakatan sejak awal itu palsu.
Bahkan tidak membayar sebagian besar biaya medis korban.
"Kesepakatan palsu ini bahkan tidak dapat membayar sebagian besar biaya medis korban. Biaya medis saja bisa berkisar dari USD140.000 hingga lebih dari USD1,4 juta per korban untuk kasus kanker ovarium. Biaya untuk mesothelioma bahkan lebih tinggi lagi,” ungkap Jason Itkin, mitra pendiri firma hukum.
Menurut penyelidikan Reuters pada 2018, pihak perusahaan sebenarnya telah mengetahui sejak awal mengenai tes yang menunjukkan bahwa asbes, karsinogen, ada dalam produk bedaknya.
Alih-alih ungkap, pihak J&J justru merahasiakan informasi tersebut dari regulator dan publik.
Perusahaannya terus menegaskan bahwa produknya aman, tidak menyebabkan kanker dan tidak mengandung asbes.
Sebagai informasi pada 2020, perusahaan ini sempat mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjual bedak bayi di AS dan Kanada karena permintaan telah turun. Mereka mengklaim penurunan ini karena misinformasi terkait keamanan produk itu.
Kemudian pada 2023 perusahaan bedak Johnson & Johnson (J&J) mengumumkan akan menghentikan penjualan secara global.
Hal tersebut disampaikan perusahaan setelah lebih dari dua tahun mengakhiri penjualan produk di Amerika Serikat (AS).
(Zuhirna Wulan Dilla)