Sayangnya, penjualan beton pracetak/precast melandai menjadi Rp344,71 miliar, dari semula Rp380,95 miliar. Demikian pula bisnis sewa gedung dan peralatan juga jatuh dari Rp8,85 miliar, menjadi Rp838,15 juta.
Seiring peningkatan sisi top line, beban pokok pendapatan WSKT juga bertambah 34,16% yoy menjadi Rp13,85 triliun. Biaya terbesar berasal dari jasa konstruksi mencapai Rp12,76 triliun, yang terdiri dari bahan baku, subkontraktor, upah, hingga beban tidak langsung.
Beban umum-administrasi WSKT juga naik dari Rp2,03 triliun, menjadi Rp2,41 triliun, di mana pos gaji pegawai tumbuh menjadi Rp664 miliar.
Dari sisi neraca, total aset WSKT melandai 5,18% yoy menjadi Rp98,23 triliun. Adapun utang (liabilitas) berkurang 4,71% yoy menjadi Rp83,98 triliun, sedangkan ekuitas berkurang 7,89% yoy menjadi Rp14,24 triliun.
Kas dan setara kas yang digenggam WSKT pada akhir 2022 turun Rp4,79 triliun, menjadi total Rp8,94 triliun. Ini terjadi akibat penggunaan untuk aktivitas pendanaan, mulai dari pembayaran utang bank, pelunasan obligasi, hingga kegiatan investasi seperti perolehan aset tak berwujud.
(Taufik Fajar)