JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana ikut menjadi sorotan publik setelah kreator konten asal Kabupaten Lampung Timur, Bima Yudho Saputro, menyampaikan kritik di media sosial tentang jalan rusak di Lampung.
Isu terus berlanjut kian ramai, di tengah ramainya pembicaraan soal kritik Bima, hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Lampung, publik justru lantas menyoroti gaya hidup Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana yang kerap pamer barang mewah.
BACA JUGA:
Di mana gaya hidup mewah Reihana sebelumnya terbongkar ke publik dari cuitan akun Twitter @PartaiSocmed.
Menyikapi hal tersebut, Guru Besar di Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Rhenald Kasali mengatakan bahwa ini merupakan siklus dari suatu fenomena butterfly effect atau efek kupu-kupu.
Maksud dari efek kupu-kupu ini adalah menceritakan tentang terjadinya satu peristiwa di satu tempat, yang kebetulan merupakan hal kecil di tempat perkara.
BACA JUGA:
Tetapi ternyata dapat berdampak besar di tempat lain yang tidak ada hubungannya dan bisa saja dapat terjadi di lain waktu.
“Kalau kita bicara tentang jalan rusak, maka ini adalah tanggungjawab kepala dinas PUPR tetapi tidak ada efek apa-apa untuk dinas PUPR. Karena rupanya ada orang lain yang lebih menarik itu ternyata adalah kepala dinas kesehatan, kemudian orang banyak sekali membuat konten kerudung dari Ibu kepala dinas. Akhirnya kemudian dialah yang dipanggil oleh KPK, bukan kepala dinas PUPR,” kata Rhenald dikutip dari postingan Youtubenya, di Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Menurutnya, karena adanya Butterfly Effect ini juga tak menutup kemungkinan bahwa nanti akan adanya pihak lain yang juga ikut terseret.
“Dan tidak tertutup kemungkinan juga terjadi kepada kepala lapas di tempat lain dan lain sebagainya. Termasuk topik-topik yang tengah menjadi perhatian public, pria berseragam, turis asing atau masalah flexing yang dilakukan para tokoh agama atau lainnya,” ujarnya.
Sebab, jika dipahami siklus dari Butterfly Effect yang dipakai pertama kali oleh Edward Norton Lorenz ini, memiliki pola yang berbenrtuk polinomial atau memiliki suku yang banyak.
"Ini adalah variabel-variabel yang banyak sekali, nah Lorenz mengatakan bahwa kita hidup dalam suatu peradaban baru dmn kita harus berpikir non-linier. Karena kurva kupu-kupu itu adalah kurva berbentuk polinomial. Berbentuk bukan linier tapi bentuknya lingkaran. Dia muter-muter nanti dia balik lagi ke titik awal, Itulah yang disebut Butterfly Effect,” terangnya.
Terakhir dia pun mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan nantinya jika Butterfly Effect ini, bisa memiliki hubungan lain yang kemungkinan belum pernah kita lihat.
(Zuhirna Wulan Dilla)