Setelah akhirnya mendaftar, seminggu kemudian, Mulyono dipanggil dan mengobrol langsung dengan Nadiem.
"Ditanya benar gak mau gabung Gojek. Ajak teman-teman yang lain," ujarnya.
Kemudian Mulyono setuju untuk gabung di Gojek dan mengajak temannya yang lain di pangkalan.
BACA JUGA:
Namun, hanya dua orang temannya saja yang tertarik untuk ikut.
"Saya ini driver pertama jadi (nomor registrasinya) 0001. Saya sendiri pun tidak tahu," tambahnya.
Waktu pertama kali, pada saat itu seragam Gojek belum berwarna hijau, melainkan masih berwarna abu-abu. Cara memesannya pun belum seperti sekarang.
Belum melalui aplikasi, melainkan pakai handphone.
Jadi, nanti ditelepon oleh call center kemudian ditawarkan orderan, lalu jika bersedia menerima, maka nanti dikirim melalui SMS beserta dengan alamatnya.
Pada saat itu juga, Mulyono bercerita, bahwa sering diintimidasi oleh opang bahkan pernah sampai kena tipu.
"Saya pernah ditipu, pernah dikalungin golok. Tapi saya pasrah kalau bapak mau habisin saya, saya mencari nafkah saya tidak mengganggu. Di Cikarang juga pernah diuber-uber opang," ujarnya.
Semenjak menjadi driver ojol pertama, kehidupan ekonomi keluarga Mulyono menjadi lebih baik.
Dia mampu mendapatkan uang sebesar Rp6 juta hingga Rp7 juta per bulan.
Mulyono juga mengatakan bahwa masa jaya menjadi driver ojol, yaitu selama dua tahun dan menurutnya pekerjaan menjadi driver ojol itu fleksibel, jadi bisa istirahat kapanpun kita mau.
Dengan pekerjaannya itu, Mulyono bersyukur, sampai-sampai dia menamai anaknya dengan nama Nadiem Saputra.
"Nadiem Saputra karena saya terobsesi dengan Pak Nadiem yang punya pemikiran cemerlang," tuturnya.
Mulyono berharap agar para pengemudi ojol di Indonesia ini bisa dilindungi dan dimanusiakan dalam hal segi apapun, baik penghasilan, keamanan, dan lain sebagainya.
(Zuhirna Wulan Dilla)