Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harga Brent dan WTI Melemah Padahal Stok Minyak Mentah AS Turun 6 Juta Barel

Kharisma Rizkika Rahmawati , Jurnalis-Kamis, 17 Agustus 2023 |08:30 WIB
Harga Brent dan WTI Melemah Padahal Stok Minyak Mentah AS Turun 6 Juta Barel
Harga Minyak Mentah 2023. (Foto: Okezone.com/Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Harga minyak menurun di akhir perdagangan Rabu, Padahal stok minyak mentah AS turun.

Menurunnya harga minyak karena investor mempertimbangkan kekhawatiran tentang ekonomi China yang kesulitan terhadap ekspektasi pasokan yang lebih ketat di Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun USD1,44 atau 1,7% menjadi USD83,45 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September merosot USD1,61 atau 2,0% menjadi USD79,38 per barel di New York Mercantile Exchange.

Kedua harga acuan minyak turun lebih dari 1% di sesi sebelumnya ke level terendah sejak 8 Agustus.

Persediaan minyak mentah AS turun hampir 6 juta barel pekan lalu karena ekspor dan laju penyulingan yang kuat, meskipun produksi minyak mentah naik ke level tertinggi sejak pandemi virus corona menghancurkan konsumsi bahan bakar, data Badani Informasi Energi (EIA) menunjukkan pada Rabu (16/8/2023).

Namun, produk bensin yang dipasok turun 451.000 barel per hari dalam seminggu karena puncak musim mengemudi hampir berakhir.

"Penarikan minggu ini hanya mengimbangi penambahan 6 juta barel yang tidak terduga minggu lalu dan melihat ke depan untuk minggu depan, kita dapat melihat penurunan tajam dalam ekspor yang kemungkinan akan mendorong peningkatan stok minyak mentah kontra-musiman," kata Presiden Ritterbusch and Associates LLC, Jim Ritterbusch, dikutip dari Antara, Kamis (17/8/2023).

Minyak juga jatuh bersama dengan ekuitas setelah rilis risalah Federal Reserve menunjukkan pejabat bank sentral terbelah mengenai perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan terakhir mereka.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Perekonomian China yang lesu tetap menjadi fokus, setelah angka penjualan ritel, produksi industri dan investasi gagal memenuhi ekspektasi, memicu kekhawatiran atas perlambatan yang lebih dalam dan bertahan lebih lama.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement